Purwakarta, – Hardiansyah merupakan seniman rupa muda Indonesia yang lahir pada 28 April 2001 di Desa Raharja, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, dan kini besar di Jakarta. Perpindahan ruang hidup dari lingkungan pedesaan ke kota besar memberikan pengalaman visual dan sosial yang beragam, yang kemudian membentuk cara pandangnya terhadap kehidupan dan manusia. Sejak usia dini, Hardiansyah telah bersentuhan dengan lingkungan seni yang mendorong tumbuhnya minat melukis sebagai medium ekspresi dan refleksi diri.
Ketertarikan Hardiansyah terhadap seni lukis berkembang melalui proses pengamatan yang intens terhadap kehidupan sehari-hari. Ia memandang seni sebagai ruang kontemplasi—tempat emosi, pengalaman personal, dan realitas sosial bertemu. Kepekaan terhadap gestur, ekspresi wajah, serta dinamika psikologis manusia menjadi elemen penting dalam karya-karyanya. Melalui pendekatan yang jujur dan reflektif, Hardiansyah berupaya menghadirkan narasi visual yang merepresentasikan ekspresi manusia dalam berbagai kondisi dan lapisan emosi.
Dalam praktik berkaryanya, melukis bukan sekadar aktivitas teknis, melainkan proses spiritual dan emosional. Setiap karya yang diciptakan lahir dari perenungan panjang terhadap pengalaman hidup, ingatan, serta relasi manusia dengan lingkungannya. Ia percaya bahwa karya seni memiliki kemampuan untuk berbicara tanpa kata, menyampaikan pesan, serta membangun dialog antara seniman, karya, dan penikmat seni.
Seiring perjalanan kreatifnya, Hardiansyah aktif berpartisipasi dalam berbagai pameran seni, baik di ruang seni formal maupun ruang alternatif. Pada tahun 2023, ia terlibat dalam sejumlah pameran seperti Artsia Afrika di Gallery Pusat Kebudayaan Bandung, Purwakarta Menggambar di Gedung Creative Center Purwakarta, serta UIARTx di Gedung Pusgiwa Universitas Indonesia. Partisipasi tersebut menjadi langkah awal yang memperluas jejaring sekaligus memperkaya pengalaman artistiknya.
Tahun 2024 menjadi fase penting dalam perjalanan berkaryanya. Hardiansyah mengikuti berbagai pameran dan proyek seni, di antaranya Grey Annual Award di Grey Art Gallery Bandung, Tatap Project di Perpustakaan Republik Indonesia, Ruampuan di Lumintu Cafe Purwakarta, Teras di Pendopo Coffee Purwakarta, serta Purwarupa dan Sumpah Perupa di Gedung Creative Center Purwakarta. Ia juga terlibat dalam pameran Rebung #3 di Gallery Theehuis Bandung, yang semakin menegaskan posisinya sebagai seniman muda yang konsisten mengeksplorasi tema kemanusiaan.
Pada tahun 2025, Hardiansyah melanjutkan kiprahnya melalui partisipasi dalam pameran Chilax di kawasan Sudirman, Jakarta. Keterlibatannya dalam berbagai ruang pamer ini menunjukkan komitmennya untuk terus menghadirkan karya seni yang relevan dengan perkembangan zaman, sekaligus tetap berpijak pada nilai-nilai kepekaan dan kejujuran artistik.
Melalui karya-karyanya, Hardiansyah terus berupaya menghadirkan seni sebagai medium refleksi dan dialog. Ia meyakini bahwa seni rupa memiliki peran penting dalam merekam realitas, mengolah pengalaman batin, serta membuka ruang pemaknaan baru bagi masyarakat. Dengan konsistensi berkarya dan semangat eksplorasi yang terus tumbuh, Hardiansyah menjadi salah satu seniman muda yang patut diperhitungkan dalam lanskap seni rupa kontemporer Indonesia. (Hadi Ibnu)

