Purwakarta, Daridesa.com – Pasar Jumaah merupakan Terminal terbesar di Kota Purwakarta, Tempat yang menjadi pusat transportasi masyarakat antar Kota, sekitar Tahun 1970’an pada masa Bupati RA Muchtar. Terminal Purwakarta ini mulai dialihfungsikan oleh Pemerintah menjadi Sentral Pasar Induk , Pusat Perdagangan di Purwakarta pada tahun 1990.
Sentral Pasar Induk Purwakarta menjadi Toko Swalayan yang dikenal dengan Golden Star. Sebagian Masyarakat kecil sampai menengah berbelanja disana, hingga setiap harinya ramai pengunjung pada tahun 1999.
“Dahulu memang pasar ayam, lalu tahun 70’an jadi pasar tradisional dua-duanya ramai, sana ramai sini ramai.” Ujar Pak Wido salah satu pedagang yang sudah lama
Pada saat Golden Star mulai berubah menjadi Pasar Jumaah tahun 2010, beberapa Pedagang mengeluhkan adanya ketidak pedulian dari Pemerintah Daerah setempat terhadap fasilitas yang memadai. Seperti lantai sudah retak, langit-langit bangunan terlihat tak layak, tembok sangat kotor dan adanya pemasangan portal
“Dulu mah rame, bisa dikatakan sebelum ada portal itu lumayan pedagang kaki lima berjualan di sisi gedung.Sejak ada portal sepi pengunjung karena sedikit lewat bayar, yang kedua para pedagang kaki lima dihilangkan. Sebenarnya adanya itu menarik pengunjung tapi sekarang, mana?” Ujarnya.
Yudi selaku Sekretaris Ikatan Warga Pasar (IWAPA) Menjelaskan, Pasar Tradisional ini menjadi suatu penompang perekonomian masyarakat, karna memang budaya leluhur. Kemudian ia menjelaskan minimnya daya tarik pengunjung dikarenakan tutupnya toko swalayan swasta yang berada di lantai dua gedung
“Mulai dari tahun 2016 kebawah kita mengalami kejayaan, lalu pada 2017 keatas mulai mengalami penurunan.” Ucapnya Yudi .
Tambah Yudi, ditambah sekarang persaingan wirausaha Online, makanya pasar yang kurang inovatif bakal mati. Tetapi harus ada tempat yang menarik, pasti bakal ramai datang kesini. Ini tugas Pemerintah Daerah untuk bagaimana bisa mengubah suasana disini”. Harapnya.
Ditempat terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pasar Jumaah dan Leuwipanjang Purwakarta Asep Eko Dwiyanto menjelaskan, Kami terus membuka komunikasi dengan para pedagang terutama IWAPA, ada beberapa yang kerap menuntut kepada pemerintah perihal keadaan tersebut. Tapi ini bukan menjadi masalah bersama yang harus dicari solusinya bersama-sama pula. Tuturnya
“Salah satunya yang harus kita fokuskan ke pedagang pada jaman sekarang ini adalah memodifikasi cara bedang (berjualan, Red), kita harus mencari inovasi baru yang membuat pedagang di pasar jumaah kembali ramai” Ujarnya. (Achmad/nisa/iyan)
Berita dari desa | Membaca kampung halaman