Gadis itu ada lagi, ia berasal dari kelas sebelah yang selalu membuatku bedegup tak karuan, Ia sedang duduk dibangku kantin dengan sangat anggun. Matanya nampak bercahaya pertanda cantik luar dan dalam.
Hasratku ingin sekali menyapanya. Tapi, aku ini benar-benar pengecut tanpa mau mengatakan padanya perasaanku selama ini. Masa SMA yang paling naif.
Hari berikutnya, bel berbunyi nyaring pertanda waktu istirahat telah tiba. Hingar bingar kebahagiaan saat istirahat tiba mulai mengeluarkan bisingnya. Melangkah menuju kantin dan aku berjumpa lagi dengannya.
Gadis itu ada lagi, ia berasal dari kelas sebelah yang selalu membuatku kembali terjebak dalam rasa yang menggebu, Ia sedang duduk dibangku kantin dengan sangat anggun. Matanya nampak bercahaya pertanda cantik luar dan dalam.
Hasratku ingin sekali menyapanya. Tapi, aku ini benar-benar pengecut tanpa mau mengatakan padanya perasaanku selama ini. Masa SMA yang paling naif. Ayolah! Sapa dia! Gerutu hati tak terbendung. Aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan.
Hari-hari telah berlalu, bahkan minggu. Dan juga sudah sampai sebulan. Gadis itu ada lagi, Ia sedang duduk dibangku kantin dengan sangat anggun. Matanya nampak bercahaya pertanda cantik luar dan dalam.
Ayolah bodoh dekati dia! Hati makin mendorongku untuk melakukannya, Ah sialan! Melihat rupanya dari kejauhan saja sudah gugup bukan main, apalagi aku mendekatinya? Kencing sudah aku dicelana. Akhirnya semuanya tak terucap.
Satu bulan telah berlalu. Bahkan dua bulan. atau bahkan Satu tahun telah berlalu, setiap hari rasanya selalu terjadi rasaku kepadanya tak terucap.
Aku melangkahkan kaki menuju kantin, dan gadis itu ada lagi, Ia sedang duduk dibangku kantin dengan sangat anggun. Matanya nampak bercahaya pertanda cantik luar dan dalam.
Hasratku ingin sekali menyapanya. Ya! Kali ini harus! Semangat dan kepercayaan tinggi mulai bisa membawaku melangkah mendekatinya. Aku duduk tepat di depannya sambil beralasan hanya ingin makan karena tak ada lagi tempat. “Hai!” Aku menyapanya.
“Hai!” Ia membalas sapaanku. Rasanya itu adalah percakapan terlama dengannya, setelah itu aku hanya gugup sambil memakan makananku dan setelah itu kabur dalam kepengecutan diriku.
Dua tahun telah lewat bahkan, sampai pada kelulusan aku hanya menguap dalam kebisuan, sebentar lagi kita akan saling lupa dan beranjak pergi. Perasaanku tak terucap dan hanya menimbulkan lara pada hati yang sudah terpikat olehnya. Aku gagal dan dia benar-benar pergi.
~~^^~~
Gadis itu duduk dikantin sekolah menunggu pujaan hatinya, ia menunggu dengan lama tanpa membeli apapun dihadapannya. Ia duduk termenung mengingat pria yang selalu ia lihat di kelas sebelah. Namun, pemuda itu tak kunjung datang.
Hingga disuatu hari penantiannya, ia benar-benar datang dan menyapanya dan duduk dihadapannya, gadis itu menyapanya balik diiring dengan degup jantungnya yang memompa kencang, ia gugup melihat prianya benar-benar ada dihadapannya. Namun ia hanya menumpang makan.
Ia segera beranjak pergi tanpa melihatnya kembali. Hatinya hancur dan tak mau lagi mencinta, sampai pada kelulusan ia dalam keputus asaan, rasa pada dirinya tak terucapkan.
Penulis: Iyan Riana, Pemuda asal Pasawahan, Kabupaten Purwakarta