Jakarta, daridesa.com – Memperingari hari lahirnya yang ke 63 tahun, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) terus berikhtiar mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia melalui nilai kebangsaan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
Mengingat pentingnya hal itu, PB PMII menggelar Suluk Pergerakan yang bertajuk Pergulatan Budaya Kebangsaan dan Iptek’ di Meseum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (17/4/2023).
Ketua Organizing Committee (OC) Harlah 63 th PMII Hengki Tornado mengatakan, perkembangan ilmu pengetahuan secara nyata membawa dampak pada aspek agama, budaya dan Iptek di tengah-tengah masyarakat, terutama pada kalangan mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi.
Hengki mencontohkan, kecanggihan teknologi yang dikembangkan dalam bidang kedokteran dan biologi manusia, menyebabkan pergeseran pada cara pandang masyarakat terhadap hubungan agama dan sains serta menjadi tantangan pada kebudayaan dan peradaban manusia.
“Meski demikian, kemajuan teknologi ini sangat berpengaruh pada masa depan dan pola interaksi antar manusia,” ungkapnya.
Hengki menyebut, PMII sebagai kaum intelek, memiliki sudut pandang yang seimbang mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan nilai budaya bangsa yang juga harus dijunjung tinggi. Artinya PMII berkeyakinan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan adanya kecanggihan teknologi.
“Jangan sampai melunturkan bahkan menghilangkan nilai budaya kebangsaan kita,” ungkap Hengki.
Hengki menjelaskan, nilai budaya yaitu aturan-aturan yang telah disepakati bangsa Indonesia serta telah digunakan sebagai acuan berperilaku masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu. Nilai-nilai tersebut antara lain, nilai kejujuran, nilai kompetitif, nilai kerjasama dan tatakrama, termasuk sikap sopan santun kepada alam dan lingkungan.
“Saat ini, kader-kader PMII dari Sabang sampai Merauke harus mengedapkan Iptek dan penerapan nilai budaya,” tuturnya.
Oleh sebab itu, beberapa rangkaian Harlah dilakukan PMII dengan menggelar diskusi, pengajian dan kegiatan-kegiatan sosial, sebagi pembuktian bahwa PMII adalah warga bangsa yang mencintai ilmu pengetahuan akan tetapi juga menghendaki budaya bangsa.
“Jangan sampai nilai-nilai kebudayaan tergerus oleh transformasi dunia yang serba canggih seperti saat ini,” tegasnya.
Hengki mengatakan, memilih tempat peringatan harlah PMII yang ke 63 tahun dan di Museum Gedung Kebangkitan Nasional untuk mengingatkan kita bahwa tempat tersebit bersejarah dalam ilmu pendidikan kesehatan, yang menjadi cakrawala pendidikan kesehatan di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Umum PB PMII Muhammad Abdullah Syukri mengatakan, tema besar Harlah PMIU yaitu Penggerak Bangsa, Memimpin Nusantara. Menurutnya, tema ini dimaksudkan sebagai dedikasi PMII untuk bangsa Indonesia melalui kontribusi kader terbaik PMII.
Gus Abe menilai, sudah saatnya kader-kader PMII menjadi pemimpin di negeri ini. Sehingga, kerja-kerja organisasi PMII juga mengarah kepada perebutan kepemimpinan nasional di bernagai sektor.
“Seperti para narasumber kita sore hari ini. Satu merupakan pemimpin nasional (Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid) satu lagi bergerak pegiat kebudayaan (Budayawan NU Zastro AL-ngatawi),” ujarnya.
Kegiatan Suluk Pergerakan dilanjutkan dengan Tausiyah Kebangsaan oleh Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid dan Budayawan Nahatul Ulama Zastro Al-Ngatawi terkait pergulatan budaya kebangsaan dan Iptek.
Berita Dari Desa | Membaca Kampung Halaman