Opini, daridesa.com – Dengan adanya pandemi Covid- 19 diperlukan penerapan adaptasi new normal. Keadaan pendemi saat ini sangat membatasi pergerakan terlebih pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata mulai berangsur-angsur mulai membaik, karena sudah mulai terjadi peningkatan kunjungan wisatawan.
Covid- 19 masih menjadi masalah utama pada saat ini dan tidak ada yang mengetahui pandemi ini akan berakhir. Tahun 2020 terasa sangat berat akibat pandemi ini, karena roda kehidupan tidak terasa berputar. Pariwisata menjadi salah satu sektor yang lumpuh dimasa pandemi ini. Dengan berjalannya waktu, berbagai pihak yang mulai mencoba mencari celah untuk dapat memulai kegiatan sambil tetap mengutamakan aspek kesehatan.
Dimasa pandemi seperti ini semua terasa serba salah. Karena disatu sisi kita bosan dirumah sehingga sangat ingin berlibur, dan sisi lain kita merasa takut dengan ancaman Covid- 19 yang sangat membahayakan. Selain itu kita juga merasa resah karena pengeluaran untuk kebutuhan tetap mengalir, sedangkan tidak ada pemasukan sedikitpun karena ekonomi yang lumpuh.
Seperti yang dikatakan oleh Prof Tjandra Yoga Aditama pada Liputan6.com bahwa sudah cukup banyak negara yang mulai membuka diri untuk kegiatan wisata. Seperti halnya dalam beberapa waktu lalu, Thailand sudah mulai mempersingkat masa karantina dari 14 hari menjadi 10, tetapi hanya berlaku untuk wisatawan dari negara yang memiliki resiko Covid-19 rendah. Selama masa karantina berlangsung wisatawan akan mendapatkan hidangan khas Thailand, pelayanan spa ala Thailand, tempat dan peralatan olahraga, serta pengawasan kesehatan otoritas setempat.
Beliau juga mengatakan bahwa Thailand memberikan kemudahan untuk wisatawan yang melakukan wisata kesehatan atau medical tourism, dalam rangkang melakukan pemeriksaan dan pengobatan di Thailand. Sedangkan untuk jumlah wisatawannya sendiri terus mengalami peningkatan secara bertahap. Jumlah wisatawan yang asalnya hanya 200 orang perhari, meningkat menjadi 500 orang perhari dan sekarang menjadi 1.000 orang perhari.
Selain Thailand, negara Asia yang sudah dibuka untuk berwisata adalah China. China sudah memperbolehkan wisatawan datang sejak bulan September. Akan tetapi China tidak mengizinkan 8 negara masuk, untuk negara lain pastinya harus melewati tahab tes dan karantina. Negara yang dilarang masuk melakukan kunjungan ke China adalah Rusia, Prancis, Italia, Inggris, Belgia, India dan Bangladesh.
Sementara untuk Malaysia masih menutup rapat akses untuk negara lain. Akan tetapi untuk wisata kesehatan atau medical tourism, masih akan dipertimbangkan oleh pemerintah setempat. Pada 28 Agustus, perdana mentri Malaysia menyampaikan bahwa meskipun jumlah kasus baru di Malaysia menurun, akan tetapi Covid- 19 masih berkecambuk secara global.
Sedangkan untuk Indonesia sendiri sudah mulai dibuka untuk kunjungan warga negara asing. Dengan persyaratan setiap warga negara asing atau WNA harus memiliki visa/izin tinggal dan juga diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan terkait Covid- 19. Negara yang paling banyak datang ke Indonesia adalah Prancis, Afrika Selatan dan Korea Selatan akan tetapi, meraka memiliki tujuan untuk perjalannan bisnis.
Indonesia sudah mulai melakukan adaptasi new normal berupa penerapan protokol kesehatan. Untuk penerapan protokol kesehatan sendiri bisa berupa diwajibkan penggunaan masker dan face shield , penerapan jaga jarak, pembatansan jumlah pengnjung, penyemrotan disinfektan, menyediakan handsanitizer dan juga menyediakan tempat pencuci tangan.
Saatnya semua pihak berjuang untuk mewujudkan Indonesia bebas dari Covid-19. Dengan cara berdiam diri dirumah atau jika terpaksa keluar rumah harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Karena penerapan protokol kesehatan sangat penting untuk diterapkan dimasa pandemi seperti ini, karena rawan akan paparan Covid-19.
Penulis: Sania Salsabela, mahasiswa jurusan Bisnis Perjalanan Wisata dari Universitas Gadjah Mada.
Berita dari desa | Membaca kampung halaman