Opini, daridesa.com – Di era pandemi Covid-19 yang mana sudah berlasung hampir satu tahun ini jelas membawa dampak buruk bagi setiap sektor perekonomian salah satunya ialah sektor pariwisata. Dampak buruk yang didapatkan membuat semua kalangan hancur lebur, adanya kerugian yang tak terukur, dan sektor pariwisata tersungkur.
Salah satu daerah di Indonesia yang juga merasakan dampak buruk ini ialah sektor pariwisata D.I Yogyakarta, dilansir dari detiktravel pada 22 April 2020 Yogya mengalami kerugian Rp 81 Miliar dari sektor pariwisata akibat adanya Corona. Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Rahardjo mengatakan “Dari data yang kami peroleh per tanggal 16 April itu ada estimasi kerugian hampir Rp 81 miliar. Jadi tepatnya Rp 80,9 miliar, ini baru estimasi ya.”
Dikutip dari detiktravel, menurut Kepala Dinas Pariwisata DIY, estimasi tersebut muncul dari pendataan terhadap belasan jenis usaha dan ratusan jenis usaha jasa pariwisata yang terdampak COVID-19 di Yogyakarta. Di mana jenis usaha dan jenis usaha jasa itu sudah meliputi usaha formal dan informal. Kerugian berasal dari adanya tenaga kerja yang di PHK, rumah makan atau pedagang di sekitar destinasi menjadi sepi karena tidak ada orang yang berlibur, pembatalan perjalanan wisata, penginapan, pemandu wisata, dan order kegiatan di beberapa desa wisata dsb.
Masalah seperti ini tentu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut maka dari itu diperlukannya bangkit bersama dari semua kalangan di era New Normal ini. Bangkit bersama di sini dimaksudkan untuk memulai kembali sektor ini dengan tetap memperhatikan dan mengoptimalkan protokol kesehatan yang ada.
Di Kota Yogyakarta hal tersebut semakin dapat terwujud dengan adanya program unggulan pemerintah yaitu Gandeng Gendong. Program ini memiliki visi untuk bersama bersatu padu memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Perwujudan dari konsep program ini ialah mengajak keterlibatan lima sektor untuk menanggani kemiskinan, mulai dari komunitas, kampung, kampus, pihak swasta serta dari Pemerintah Kota Yogyakarta. Program yang telah berjalan sejak tahun 2018 ini tidak pernah sepi pendaftar dilansir dari JogjaDaily pada Oktober 2019.
Kemudian menurut saya program ini sangat diperlukan dan menjadi solusi alternatif terutama di era new normal saat ini. Lalu harapan dari saya ialah semoga program ini juga dapat diberlakukan di daerah ataupun kabupaten lain di luar Kota Yogyakarta, seperti di keempat kabupaten lainya yaitu Sleman, Gunung Kidul, Bantul, Kulon Progo serta daerah lain di luar provinsi D.I Yogyakarta dengan memperkenalkan atau mensosialisasikan program ini ke daerah tersebut terlebih dahulu.
Selain itu, program ini juga sesuai dengan pemikiran saya yaitu pemikiran untuk saling bahu membahu dan gotong royong untuk bangkit dari keterpurukan akibat Corona, masalah akan datang menghadang setiap saat namun hal terpenting ialah bagaimana kita meloloskan diri dan tetap bertahan untuk masa depan yang lebih baik yaitu dengan bangkit bersama. Diharapkan dengan adanya program ini, sektor usaha makro atau besar baik penginapan, kuliner, dan wisata dapat bergandengan tangan dengan niat saling membantu agar semua pihak dapat bangkit dan maju bersama. Kemudian untuk usaha yang telah gulung tikar yang mana sudah tidak mampu berjalan dapat di gendong agar dapat berjalan bersama kembali. Lalu dalam perencanaan dan pelaksanaannya yang perlu diingat ialah harus selalu mematuhi protokol kesehatan.
Dilansir dari INDONESIA.GO.ID pada 30 Agustus 2020, contoh konkret dari Gandeng Gendong dapat dilihat dari transformasi sosial di Kawasan Bendung Lepen Mrican dan juga di Bausasran yang dikembangkannya sebagai kampung sayur. Dari contoh tersebut dapat dinilai program ini cukup berhasil, hanya diperlukan pengoptimalan dari setiap aspek terkait. Oleh karena itu, adanya program Gandeng Gendong ini merupakan salah satu pembaharuan, alternatif ataupun gagasan untuk membangkitkan sektor pariwisata kembali.
Hal ini bertujuan untuk menggerakkan pariwisata khususnya di D.I Yogyakarta supaya lebih masif di era pandemi Covid-19 ini, harapannya tidak hanya daerah ini saja yang memunculkan pembaharuan untuk bangkit dari Corona namun juga daerah lain di penjuru tanah air untuk bersama bersatu padu untuk mewujudkan pariwisata dan perekonomian yang lebih maju dan sejahtera.
Penulis: Tri Astuti, Mahasiswi Bisnis Perjalanan Wisata, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada
Berita dari desa | Membaca kampung halaman