Opini, daridesa.com – Alih-alih menjadi penyumbang terbesar devisa Negara Indonesia, saat ini sektor pariwisata merosot bak masuk ke dalam jurang. Kepala Staf Presiden, Moeldoko, mengatakan bahwasannya pandemi Covid-19 berdampak kuat pada sektor pariwisata. Hal ini membuat jutaan orang terancam kehilangan pekerjaan.
Benar saja, sejak Covid-19 datang ke Indonesia masyarakat di buat kalang kabut. Anehnya, sistem pemerintahan semakin dikebut, ketika rakyatnya hendak menuntut, kata pemerintah itu malah bikin ribut. Serba salah tapi sama-sama tidak ada yang mau mengalah.
Adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak buruk bagi semua sektor, termasuk sektor pariwisata. Banyak destinasi yang terpaksa harus ditutup guna menekan angka penyebaran Covid-19. Masyarakat yang hidupnya bergantung dari pariwisata, juga terpaksa harus berhenti sementara dari pekerjaannya.
Begitu pula dengan para pengusaha yang turut aktif dalam memajukan sektor pariwisata. Sebagian besar dari mereka memilih untuk undur diri. Mereka percaya bahwa pariwisata akan bangkit lagi, tapi tidak ada yang tahu pasti kapan Covid-19 akan pergi.
Kunjungan wisatawan sejak adanya pandemi terlihat dengan sangat jelas menurun drastis. Terjadi kemerosotan yang cukup parah di tahun 2020. Hal tersebut bisa dilihat dari data statistik kunjungan wisatawan mancanegara yang diupload oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di websitenya dengan data terakhir Bulan September.
Berdasarkan data, pada tahun 2019 bulan September, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk jumlahnya mencapai 1.388.719 kunjungan. Sedangkan, pada Tahun 2020 bulan September, wisatawan mancanegara yang masuk hanya sekitar 153.498. Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa sektor pariwisata Indonesia saat ini sedang mengalami penurunan yang sangat besar dengan presentase minus 88,95% pengunjung.
Penurunan wisatawan yang sangat drastis menyebabkan perputaran ekonomi dalam sektor pariwisata tidak berjalan seperti biasanya. Banyaknya destinasi wisata yang ditutup membuat fasilitas pendukung pariwisata seperti hotel, pusat perbelanjaan atau tempat oleh-oleh, dan restoran semakin sepi. Hal ini membuat perekonomian di lingkup pariwisata semakin macet.
Namun, sejak adanya pemberlakuan “New Normal” destinasi wisata sudah perlahan kembali di buka. Dengan catatan setiap pengunjung yang akan berwisata diwajibkan untuk mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan yang ada. Seperti memakai masker, membawa hand sanitizer, social distancing, dan lain-lain.
Walaupun berwisata di masa pandemi sudah diperbolehkan, apakah hal tersebut memberikan feedback baik terhadap pariwisata Indonesia? Tentu saja ya, tetapi hasilnya tidak terlalu signifikan. Masyarakat terlanjur dihantui oleh rasa takut akan virus korona yang rumornya sangat mematikan. Rasa takut yang berlebihan membuat mereka lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah dan terlanjur nyaman dengan program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah dengan sebutan “dirumah aja”.
Selama ini, masyarakat berusaha untuk mengikuti aturan yang diberikan oleh pemerintah. Namun, terkadang pemerintah sendirilah yang menyalahgunakan aturan tersebut. Ketika masyarakat sudah terbiasa dengan peraturan, tiba-tiba pemerintah membuat kebijakan yang lain. Hal ini membuat sebagian orang bertanya-tanya. Apakah peraturan dan kebijakan tersebut memang sudah benar-benar dipikirkan secara matang ? Selain itu, apakah hal tersebut menguntungkan bagi masyarakat ? Atau malah sebenarnya hanya menguntungkan bagi pemerintah ?
Presiden Joko Widodo juga memberikan pengarahan terkait mitigasi pariwisata ditengah pandemi ini. Yang pertama adalah program pelindungan sosial, dimana program ini ditargetkan harus tepat terkena sasaran. Yang kedua adalah realokasi anggaran yang ada dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif harus diarahkan semacam program padat karya bagi para pekerja yang bergerak di bidang pariwisata. Kemudian yang terakhir adalah persiapan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Tidak ada yang bisa menjamin apakah hal tersebut bisa membangkitkan pariwisata dari keterpurukannya. Pemerintah memang sedang terus berusaha mencoba memberikan opsi terbaik untuk mengembalikan pariwisata Indonesia seperti semula. Namun, baik menurut pemerintah belum tentu juga baik menurut masyarakat. Maka dari itu, perlu keterlibatan masyarakat di setiap kebijakan dan peraturan yang di buat oleh pemerintah agar tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. Di situasi yang seperti ini kita hanya diberi 2 pilihan. Paham akan keadaan atau dimanfaatkan oleh keadaan.
Penulis: Radha Putri Widya Atmaja, Mahasiswi Universitas Gadjah Mada.
Berita dari desa | Membaca kampung halaman