Antologi Puisi Ramdan

Antologi Puisi Ramdan

Karya, Daridesa.com – Kumpulan Puisi Karya Ramdan, pemuda Kp. Cipicung RT 05/07 Desa. Tegal Munjul Kecamatan. Purwakarta Kabupaten. Purwakarta.

MIMPI DI BALIK PINTU|

Setiap mengeluh
Menjadi tempat berteduh
Terbelenggu oleh panjangnya perjalanan waktu
Alasan rindu menjadi titik temu
Tak sempat ku utarakan benih cinta
Esok hari ku harus berlari mengejar mimpi dan cita-cita
Lusa menjadi saksi tentang pagi dan malam hari
Pulang menjinjing diksi, ” Mah,Pak.Aku telah menaklukkan mimpi “,
_rmdn

|SENJA HITAM

Dari ufuk timur gemerlap hitam telah timbul
Menandakan sebuah kutukan telah merangkak bukan?
Seperti senja yang harus menyerahkan diri kepada malam
Seperti sore yang selalu ingin menjadi seorang dambaan
Nyaris terkalahkan…
Oleh warna kotor hitam gelap si pekat
Bukan cinta bila tidak aturan di dalamnya
Terlena dengan indahnya lembayung teduh
Angin malam selalu bergemuruh
Menyongsong malam menjadi rapuh
Perihal cinta,manusia seakan selalu jatuh
_rmdn

| MERABA AKSAMA|

Karya tangan Tuhan maha agung
Ancala diam terpaku,seraya membisu..
Menyimak setiap langkah Sukma alam semesta
Tanpa netra…
Ia membaca…
Takabur alam raya, berfoya-foya melambungkan nikmat dunia
Para umat telah menyimpang arti percaya
Lalu, ia bergemuruh memuntahkan isi hati
Meluluh lantahkan alam dan isi
Memporak porandakan kota adipati
Berisyarat menandakan sebuah bukti kebesaran ilahi
_rmdn

|SECANGKIR RINDU|

Tentang kalbu
Kerap aku merasa sendu
Sesaat, sibuk dengan titik temu…
Secangkir kopi di malam penuh syahdu
Mengobati segala jiwa mengenai rindu
Aroma hangat terhirup bagai rambu-rambu
Untuk melangkah aku ragu-ragu
Ketika bungkam aku merasa malu
Sungguh memalukan bukan?
_rmdn

|SI KEMBANG HATI|

Embun pagi menyambut hari
Kembang anggun…..
Telah merekah sekian lama di nanti
Mentari mulai meninggi
Sembari berseri…
Awan pagi enggan untuk bersembunyi

Ia si kembang berduri
Mengakui apa, tentang isi hati
Seakan ia telah mengakui
Tatkala aku seseorang yang mencintai
_rmdn

|TENTANG PURWAKARTA|

Kota kecil berbalut budaya adati
Maranggi menjadi destinasi
Simping kaum banyak di minati
Tiap-tiap sudut kota, gapura gagah teguh berdiri

Di kala malam sunyi
Cahaya lampion langgeng meneragi
Di pusat kota, air indah selalu menari-nari
Kota ini bagaikan surga duniawi
_rmdn

|HALUAN HUJAN|

Langit hitam hadir tanpa izin
Tak henti bersua bergemuruh
Gemercik hujan turun tanpa alunan
Menetes jatuh tepat pada ruang gersang
Membasahi tiap-tiap hati yang panas
Menghadirkan kesejukan tiap-tiap jiwa yang tandus

Seperti cinta ..
Ia datang tanpa izin
Terbenam tepat pada bidikanya
Mengubah segala angan menjadi hidup
_rmdn

|CELAH IMPIAN||

Menghabiskan waktu tepat pada lingkungan itu
Jejak langkah akan menjadi ilmu
Menumpahkan segala imaji
Menggali pengetahuan menuju mimpi

Tumpukan ilmu menjadi acuan
Tentang arti bukit pemahaman
Menjulang tinggi banyak wawasan
Tak henti ku daki, demi sepenggal masa depan
_rmdn

|ULAH SI AIR|

Desir ombak laut
Hening seketika membisu
Pasang surut bila petang telah datang
Melabuhkan setiap bayang masa lalu

Arus deras membawa harapan
Mengalirkan jejak-jejak malam
Di temani gemerlap terang cahaya bulan
Di hiasi indah bintang kehidupan

Kemana air itu melangkah
Datang lalu pergi
Menghadirkan seribu kegelisahan
Membingungkan
_rmdn

|KISAH PEMERAN IBU|

Air matanya tentang kebahagiaan
Ia pandai membungkus rasa nestapa
Membalut lara dalam secorak seringai
Berdusta arti kepiluan

Menemani malam syahdu
Untuk terpejam saja tak mampu
Demi sang buah hati
Sira rela petang tanpa istirahat

Jiwanya adalah malaikat
Raganya adalah sang bidadari
Hatinya bagai putri
Kasih sayangnya selalu abadi
_rmdn

|PERJALANAN CINTA|

Melaju menuju destinasi
Hanya untuk instastory
Perjalanan pagi hingga petang
Tak usah kau hiraukan

Merajut banyak kenangan
Kebahagiaan menumbuhkan benih cinta
Rasa, kian terus menjadi nyata
Menyatukan kita untuk bersama

Ramainya kota menjadi saksi
Ketika aku menyampaikan diksi
Membongkar bongkahan isi hati
Kepadamu aku mencintai
_rmdn

|LENYAP SEIRING KATA|

Gugurnya tertiup hembusan angin panjang
Ranting menjadi penopang
Sesaat sebelum ia terbang
Bermuara dengan penuh ancang-ancang

Layaknya manusia
Sedang melangkah mencari maha sempurna
Seorang pun tak pernah kembali
Mereka berlalu lalang dalam hidup

Kemana para jejak langkah kata?
Para penyelam aksara?
Mereka bersembunyi hilang di telan bumi?
Atau memang ia tak peduli?
_rmdn

|PERGI MENUJU DESTINASI MIMPI|

Seperti hidup sesekali ia memiliki banyak misteri
Layaknya manusia yang sibuk tengah mencari jati diri
Rotasi dunia sekejap bergegas pergi sembari berseri
Sambil terengah-engah, pelayaran antara pelabuhan hingga tengah laut akan ku arungi

Demi sebuah pujian, menggeluti jalan sampai titik masa depan
Aku tak ingin sesekali pulang tanpa menjinjing tentang harapan
Perjalanan pagi hingga tengah malam akan ku anggap sebagai seorang teman
Aku tengah bermuara menjamah setiap langkah, berargumentasi dengan kesempatan tak peduli kan rasa penyesalan

Aku laksana ksatria yang sedang berjalan menuju gerbang medan perang
Antara tantangan dan tujuan wajib di pertaruhkan
Setiap jengkal jejak akan menjadi sebuah kepastian
Di janjikanya tuhan kepada setiap manusia yang berdiksi memiliki sebuah impian
_rmdn

BERFANTASI MELAHIRKAN PUISI|

Telanjang tubuh mengundang berahi
Dunia fantasi telah menanti
Bersatu padu bermain penuh arti
Tentang aksara yang melahirkan inspirasi

Nampak jelas dua buah khuldi
Tak berlapis seolah memberi
Antara kanan dan kiri
Ku genggam satu untuk di nikmati

Berdiri tegang sebuah pena
Tanpa aba aba pun memberikan rasa
Terus menari bagaikan aja
Tak terasa telah menumpahkan tinta kental beraroma

Suara halus terdengar bagai Arimbi
Laksana musik tanpa intonasi
Tak berirama namun menghayati
Kelak menciptakan tiap bait anak puisi
_rmdn

TERNYATA TIDAK TIDUR SAAT SIDANG SOAL RAKYAT|

Lara..
Ironi para penguasa terus membara
Terlilit sapaan enggan dengan pukulan
Tak segan menyuarakan ritma dengan keadaan

Tegas menjadi tewas
Tersusun seolah terlepas
Sumbang nada tanpa batas
Redup akibat ulah suara yang terhempas

Gundah gelisah terasa memapah
Kian penyusup seakan terus menggeledah
Mendobrak yang tegap hingga lemah
Menginfeksi yang gagah menjadi lelah

Bahagia yang berkecamuk
Merambat ulur tangan kian terus mengadu
Mengetuk palu bila nanti tepat waktu
Harapan rakyat adalah paling satu
_rmdn

Berita dari desa | Membaca kampung halaman

Tagged with:
puisi
ARTIKEL TERKAIT
Rampak Bambu Calung Terbentuk Dari Kreatifitas Pelajar SMPN 1 Pasawahan, Meriahkan Raker Ekraf

Rampak Bambu Calung Terbentuk Dari Kreatifitas Pelajar SMPN 1 Pasawahan, Meriahkan Raker Ekraf

Revolusi Bisnis Desa di Purwakarta oleh Mahasiswa KKN ITB

Revolusi Bisnis Desa di Purwakarta oleh Mahasiswa KKN ITB

D4 TLM FITKes Unjani laksanakan Cegah & Pengendalian Vector Penyakit Demam Berdarah di Kota Cimahi

D4 TLM FITKes Unjani laksanakan Cegah & Pengendalian Vector Penyakit Demam Berdarah di Kota Cimahi

EKRAF Kecamatan Bojong Inisiasi Wisata Kuliner & Panggung Budaya

EKRAF Kecamatan Bojong Inisiasi Wisata Kuliner & Panggung Budaya

EKRAF Bungursari Bersama Influencer Promosikan UMKM Purwakarta

EKRAF Bungursari Bersama Influencer Promosikan UMKM Purwakarta

Unjani Berikan Edukasi dan Tes Lab pada Remaja MAN Kota Cimahi

Unjani Berikan Edukasi dan Tes Lab pada Remaja MAN Kota Cimahi