Purwakarta, daridesa.com – Gebyar nudaya nyawalan meriahkan tradisi masyarakat setelah Idul Fitri atau sesuai namanya dilaksanakan pada bulan Syawal setelah ramadan sebagai bentuk syukuran, tepatnya pada Sabtu (7/05/2022).
Kegiatan ini di gelar di halaman Pondok Pesantren Tarbiyatut Taqwa Desa Gunung Karung Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta yang di inisiasi oleh pagar nusa salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama di Kecamatan Maniis. Kegiatan ini berkonsep memadukan antara tradisi kebudayaan dengan tradisi keagamaan.
Masyarakat sekitar yang hadir di mulai pukul 9 pagi telah disuguhkan dengan pawai seni singa depok untuk menyambut tamu yang hadir dari jalan raya sampai lokasi acara. Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Pimpinan Wilayah Pagar Nusa Jawa barat sampai jajaran pengurus PC NU dan Pagar Nusa Kabupaten Purwakarta serta para seniman, para pegiat seni dari bermacam-macam perguruan dan sanggar seni di Kabupaten Purwakarta. Serta turut diundang pula Pemerintahan Desa Gunung Karung serta Muspika Kecamatan Manis.
Setelah prosesi penyambutan tamu selesai seluruh masyarakat dan tamu undangan mengikuti acara pertama yaitu pembacaan bersama doa istigosah yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, dilanjutkan dengan sambutan dari tokoh setempat dan tamu undangan, diakhiri dengan kegiatan utama yaitu pertunjukan seni ibing pencak silat dan seni debus yang di suguhkan oleh para pegiat seni dari berbagai perguruan dan sanggar seni sembari menikmati berbagai suguhan makanan lokal khas lebaran.
Ustad Didim Selaku Pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyatut Taqwa menyampaikan, dalam sambutannya bahwa kegiatan ini merupakan inisiasi dari para tokoh agama dan tokoh budaya di Kecamatan Maniis dalam rangka merawat tradisi “Gebyar budaya nyawalan ini adalah hasil musyawarah dari para tokoh agama dan budaya khususnya di desa gunung karung untuk menghidupkan dan merawat nilai-nilai tradisi agama yang di kolaborasikan dengan tradisi kebudayaan lokal sebagai ungkapan rasa syukur setelah merayakan idul fitri, diharapkan kegiatan ini akan diperingati secara berkelanjutan setiap tahunnya sehingga menjadi ciri khas budaya di sini,” kata Didim.
Senada dengan hal tersebut H. Asep Saiful Millah Ketua Pagar Nusa Jawa Barat menyampaikan, seni dan budaya bagi Pagar Nusa bukan sekedar tontonan tetapi juga merupakan tuntunan.
“Seni dan budaya bagi Pagar Nusa bukan sekedar tontonan tetapi juga merupakan tuntunan, karena seni dan budaya adalah media dakwah yang efektif bagi masyarakat kita yang kaya dan beragam. Pagar Nusa sendiri meskipun mengembangkan seni budaya pencak silat tetapi karena penciptanya adalah seorang kyai, Gus Ma’sum Jauhari Seorang ulama sekaligus pendekar, ikut terlibat dalam memerangi PKI menjaga keutuhan NKRI maka melalui pengembangan seni budaya berarti menjaga tradisi leluhur, menjadi benteng ulama dan Kyai serta menjadi Pagar Nusa dan Bangsa”.
Kegiatan ini diharapkan bisa mengangkat Potensi Kebudayaan lokal sehingga berimbas kepada terdorongnya pengembangan seni budaya dan tradisi itu sendiri juga secara tidak langsung akan mengangkat potensi pariwisata dan pemberdayaan ekonomi di sekitar apabila di dukung oleh semua pihak. Hal tersebut disampaikan oleh Nendi Apriki selaku sekretaris Pagar Nusa Purwakarta juga sebagai patriot desa Jawa Barat.
“Kegiatan budaya ini adalah aset potensial yang bilamana dikembangkan dengan serius serta didorong oleh seluruh pihak baik pemerintahan Desa, Kecamatan, bahkan Kabupaten, ke depannya akan mendorong pada peningkatan potensi pariwisata dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, baik produk kuliner maupun produk lainnya, sehingga harapannya setelah kegiatan ini ada tindak lanjut dan perhatian yang dilakukan oleh pihak yang berwenang agar kegiatan ini tidak hanya sekedar seremoni belaka tapi mampu berdampak sosial nyata”.