Dua sejoli menatap mesra.
Meleburkan tubuh-tubuh ranumnya.
Terkulai- terbuai dalam sanggama.
Cinta hanyalah dusta nestapa.
Laksana petir menyambar tetumpukan batu.
Hati siapa yang tak pilu, bagai bunga yang layu.
Tangis sesal- sesak merasuk relung kalbu.
Lantas itulah hanya sesal tak berujung waktu.
Dengan bongah iya berkata
Dia wanita pendosa, Dia wanita pendosa.
Seraya meludah, Najis… Najis… Najis…
Sudi kiranya raga ini tersentuh wanita durjana.
Rintih do’a menggaung mulut ahengkara.
Dendam membuncah di dalam jiwa.
Oh tuhan…
Itukah balasan cinta.
Suci lahir, mati membusuk penuh luka.
Tersungkur, penuh nestapa.
Jiwa sakit, penuh derita.
Terseok- seok jasad, meringkih tobat.
Adakah tersisa sempat merekah tawa?.
Karya: Denisa Nur Fachrurozi