Semarang, daridesa.com – Menghadapi tantangan eksistensi pancasila berangkat dari keteladanan sebelum menyampaikan. Dalam artian, nilai-nilai pancasila bukan hanya sebuah pasal yang dihapal tapi diimplementasikan ke dalam kehidupan. Hal tersebut disampaikan oleh M Atiatul Muqtadir dalam acara Lungguhan Mbagi Pengalaman dan Ilmu Songko Ahline (Lumpia) Refleksi Pancasilayang diadakan oleh Kejar Mimpi Semarang bersama Himpunan Mahasiswa (Hima) Politik dan Kewarganegaraan (PKN) Universitas Negeri Semarang, bertempat di ruang C7 lantai 3 Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Universitas Negeri Semarang pada Sabtu (03/06/2023).
Acara Lumpia sebagai Refleksi Pancasila melalui Dialog Pembaruan Kebangsaan ini bertemakan, “Penguatan Peran Generasi Muda Pancasila dalam Mengimplementasikan Pancasila di Era Society 5.0”, ini mendatangkan tiga narasumber, yakni Widi Nugroho ,Kesatuan Bangsa Politik Provinsi Jawa Tengah Ngabiyanto Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan sistem informasi Universitas Negeri Semarang, dan M Atiatul Muqtadir Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM) 2019. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Bulan Pancasila ke 11 dengan tujuan mengingat, memperkuat, dan mempertahankan nilai-nilai pancasila yang telah ada guna mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk bersama-sama menyongsong era society 5.0.
Presiden Mahasiswa BEM KM UGM tahun 2019, M Atiatul Muqtadir beranggapan pancasila saat ini masih dianggap produk dari pemerintah yang diamanatkan melalui sekolah-sekolah. Menurutnya, kesejahteraan masyarakat menjadi kata kunci keberhasilan penerapan pancasila, strategi paling efektif dalam merefleksikan pancasila adalah dengan mengimplementasikan ke dalam kehidupan praktis. Ia menambahkan, salah satu refleksi pancasila dapat diukur dengan melihat keamanan dan kenyamanan umat beragama dalam melaksanakan ibadah.
“Jika kita mengimplementasikan pancasila dengan strategi yang jelas, harusnya seluruh masyarakat Indonesia merasakan kesejahteraan itu,” ungkap narasumber yang kerap dipanggil Fatur tersebut.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Fadly Husain mengatakan pancasila menjadi bagian dari falsafah atau nilai-nilai yang harus dipahami dan dipraktikan. Refleksi menjadi alat bagaimana memahami atau mendialogkan pancasila. Menghadapi tantangan era society 5.0 dapat melalui membangun keterampilan kerja sama dengan bidang lain.
“Hima PKN menggandeng salah satu komunitas kepemudaan, yakni Kejar Mimpi Semarang sebagai contoh membangun keterampilan kerja sama,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kejar Mimpi Semarang memperkenalkan identitas komunitas dengan peserta Lumpia yang disampaikan oleh Co Founder Kejar Mimpi Semarang, Muhammad Syarif Hidayatullah. Disampaikan bahwa Kejar Mimpi Semarang merupakan komunitas yang diinisiasi oleh Commerce International Merchant Banker (CIMB) Niaga, telah tersebar hingga 35 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Komunitas ini fokus pada empat pilar, yakni pendidikan, filantropi, lingkungan, dan pembangunan ekonomi-sosial.
Ketua Pelaksana Lumpia Refleksi Pancasila tahun 2023, Muhammad Daffa Satrio dalam sambutannya mengatakan Lumpia merupakan bagian dari serangkaian Bulan Pancasila, tahun ini bekerja sama dengan Komunitas Kejar Mimpi Semarang. Banyak sekali rangkaian acara Bulan Pancasila diantaranya lomba poster kebangsaan, lomba cerdas cermat, debat politik, narasi kebangsaan, call for paper, dan sebagainya.
“Rangkaian agenda Bulan Pancasila menarik perhatian peserta, bahkan sampai diikuti partisipan dari luar Jawa,” pungkasnya.