Daridesa.com | Opini – Semakin hari jumlah masyarakat yang terpapar virus corona semakin meningkat. Tak hanya masyarakat umum, tenaga medis yang menjadi garda terdepan penanganan penyakit ini pun tak luput dari ancaman paparan virus ini.
Data terbaru pada 11 April 2020 Pkl. 18.30 WIB kasus infeksi virus corona secara nasional adalah 3.842 kasus, sedangkan secara global sudah menembus angka 1.710.798 kasus.
Perlu diketahui hingga saat ini, para ilmuwan belum sepenuhnya memahami karakter dasar pandemi ini, dan tidak bisa memberi jaminan seburuk apa kondisi ke depan nya. Namun, banyak ahli yang menyuarakan pentingnya senantiasa menjaga kebersihan lingkungan rumah karena pandemi ini menyebar melalui virus.
Oleh karena itu, disini saya mencoba menyelami pentingnya ecology intelligence (kecerdasan ekologis) di tengah pandemi saat ini. Secara arti, kecerdasan ekologis adalah kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap ceruk ekologis tempat kita berada. Kecerdasan ekologis juga merupakan bentuk kesadaran mengenai pentingnya melestarikan bumi sebagai tempat tinggal kita.
Kesadaran ini harus dimiliki oleh setiap segmen dari mulai kalangan elite hingga akar rumput, kesadaran ini terutama harus dimiliki oleh pejabat pemerintah dan politisi sebab mereka lah yang membuat dan melaksanakan kebijakan publik.
Menurut salah satu ahli psikologi yang bernama Goleman, kecerdasan ekologis adalah sebuah kecerdasan memahami bagaimana alam bekerja, termasuk pengakuan dan pemahaman sistem kerja manusia berinteraksi dengan alam.
Ini tentunya sangat berkaitan dengan keyakinan kita sebagai umat muslim bahwasannya pencipta alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Allah mendudukkan manusia sebagai khalifah, sudah sepantasnya manusia menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana dalam bertauhid dan menegaskan keberadaan dirinya, bukan menjadikannya sebagai obyek eksploitasi.
Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia.
Dalam memanfaatkan alam diperlukan kecerdasan ekologis, karena kecerdasan ekologis ini memadukan antara kemampuan kognitif dengan rasa empati terhadap semua aspek kehidupan, terutama pada sistem alam menyeluruh. Goleman mendorong setiap orang untuk peka serta tidak acuh terhadap alam sekitarnya. Hal tersebut pada gilirannya akan merugikan kehidupan umat manusia itu sendiri.
Kemudian, kecerdasan ekologis perlu disinergikan dengan kesadaran kolektif sehingga dapat menciptakan masyarakat yang sadar lingkungan. Setidaknya mengenai kecerdasan ekologis ini, ada tiga dimensi yang saling berkait dengan kecerdesan ekologikal yakni: Pertama, the geosphere merupakan dimensi yang menyangkut kesadaran mengenai kondisi tanah, udara, air, iklim dan sebagainya. Kedua, biosphere merupakan dimensi mengenai manusia, spesies lainya serta kehidupan tumbuh-tumbuhan. Ketiga, sociosphere dimensi mengenai lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal dan sejenisnya.
Terakhhir, kecerdasan ekologis di tengah pandemi covid-19 ini perlu dibangun, walaupun kita sedang #dirumahaja tetap harus produktif, salah satunya dengan sadar dan peduli terhadap lingkungan, minimal halaman tempat tinggal kita. Adapun kecerdasan ekologis dapat ditandai dengan tidak membuang sampah sembarang yang dapat mengakibatkan banjir, sangat sepele tetapi karena sampah yang dibuang tidak pada tempatnya pada akhirnya mendatangkan bencana.
Selain itu, bisa pula dalam bentuk penghijaun, bercocok tanam, membersihkan lingkungan setiap hari, dan lain sebagainya yang menunjang kepada pelestarian lingkungan.
Mari kita saling menjaga dan melestarikan lingkungan, ilmu dan amal ku berikan, adil dan makmur kuberikan. Salam Pergerakan.
Oleh: Ibnu Ramadhan (Anggota Forum Pemuda Tani Tegalwaru Kab. Purwakarta, Wakil Ketua III PK PMII Achmad Yani Cimahi)
Berita dari desa | Membaca kampung halaman