Purwakarta, daridesa.com – Pemuda merupakan generasi yang sangat berpengaruh dalam proses pembangunan bangsa. Pemuda selalu menjadi harapan dalam setiap kemajuan di berbagai bidang.
Pada 17 September 2017, Ide kreatif muncul dari Romli Abdul Gofar bersama kawan-kawan Organiasasi masyarakat (Ormas) Oi Kabupaten Purwakarta dan para Pegiat Lingkungan yang ada di lingkar Gunung parang dan gunung bongkok.
Romli Abdul Gofar merupakan pemuda yang aktif dan konsen kepada isu-isu sosial dan lingkungan, selain itu. Pria yang juga dipanggil Bungrom ini aktif di beberapa organisasi Oi, GP Ansor dan Karang Taruna.
“Literasi Anak Desa (LAD) adalah wadah para anak muda, yang ada di wilayah desa kami yang bergerak di Bidang Pendidikan, Sosial dan Seni Budaya”. Ujar Bungrom salah satu Founder LAD kepada daridesa.com
Cerita kilas berdirinya Literasi anak desa
Pada tahun 2015, LAD yang bertempat di wilayah Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta ini sebelum bergerak di Literasi, namanya itu SANGGARAS (Saung Galeri karya seni, Red), dan bergerak di bidang karya-karya seni seperti membuat kerajinan tangan, menggambar dan pelatihan dasar gitar. tuturnya
“Dulu namanya bukan LAD tetapi Saung Baca Oi PGP, karena dulunya salah satu pendiri Literasi ini menduduki Bidang Pendidikan di Ormas Oi, tepatnya pada tahun 2020 pendiri Literasi merubah namanya menjadi Literasi Anak Desa (LAD), dengan alasan agar jaringan bisa lebih luas keberbagai Lembaga-lembaga lainnya,d an secara resmi meng-SK’kan Literasi Anak Desa menjadi Perpustakaan Desa yang basisnya lebih ke Taman baca masyarakat.” Ujar Bungrom
Untuk dimasa pandemi sekarang kita lebih fokus kegiat baca buku, setiap hari sabtu baca buku di lokasi LAD, setiap hari minggu Safari Baca, kami Keliling secara terjadwal ke kampung-kampung yang ada di Desa pasanggarahan.
“Untuk Jumlah pengurus ada sebanyak 20 orang, jumlah total seluruh peserta yang mengikuti kegiatan-kegiatan LAD 190 orang anak”.
Tambah Bungrom, Setelah kami melihat perkembangan zaman yang semakin modern, di tambah dengan minat baca anak-anak usia dini di wilayah kami sangat kurang diminati. Sedangkan anak usia dini yang sudah memiliki gadget di wilayah kami bukan hitungan jari lagi, maka kami sebagai kakak-kakak dari mereka hanya bisa mengimbanginya dengan kegiatan-kegiatan literasi, seperti membaca buku, diskusi, berkesenian dan menanamkan jiwa sosial.
Terakhir bungrom menyampaikan harapan untuk LAD agar terus menebar kebermanfaatan
“Semoga melalui moto LAD yang berbunyi ‘Cerdaskan anak negeri dengan membaca buku’ kedepan LAD bisa terus bermanfaat untuk lingkungan, agama dan negeri tercinta ini.” Ujarnya. (Had)
Berita dari desa | Membaca kampung halaman