Menguak Misteri Situs Megalitikum Batu Peti Sukasari yang Diakui sejak Tahun 1914

Menguak Misteri Situs Megalitikum Batu Peti Sukasari yang Diakui sejak Tahun 1914

Daridesa.com | Purwakarta – Setiap tempat selalu menyimpan rahasia yang tak banyak orang tahu. Begitu pula dengan Panada Sangguriang / Sangkuriang (Kuil Sangkuriang), dalam hal ini Suryanagara Institute sedang mendalami Temuan Situs Sejarah Peninggalan Sangkuriang batu peti yang bertempat di Kp. Ciputat, Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa barat.

Tidak jauh berbeda dengan bangunan bersejarah lainnya, situs megalitikum peninggalan Sangkuriang, atau yang lebih dikenal dengan nama batu peti ini memang terlihat sangat unik. Dimana susunan dinding-dinding batu menyerupai benteng dan banyaknya ruangan yang memiliki jalur seperti labirin ini, cukup menunjukkan betapa uniknya kehidupan pada masa itu.

Ternyata, di balik keunikan batu peti, ada fakta-fakta yang tak banyak orang tahu tentang asal-usul adanya bangunan menyerupai benteng ini.

1. Keberadaan situs megalitikum peninggalan Sangkuriang ini diakui pada tahun 1914 dalam Rapporten Van Den Oudheidkundigen Dienst

Dalam perjalanan sejarah situs megalitikum batu peti, Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst (Rod-Buletin Dinas kepurbakalaan) menuliskan mengenai keberadaan situs ini pada tahun 1914. Selain itu, sejarawan asal Belanda Wilhelm van Dam juga menyinggung situs bersejarah ini di tahun 1947. Hingga akhirnya pada tahun 1952 diadakan penelitian namun, sayangnya penelitian ini harus terhenti di tahun 1955 tanpa adanya alasan yang jelas.

Kemudian, di tahun 1964 pada tanggal 22 November Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno memerintahkan agar situs ini kembali dilakukan penelitian. Penelitian pertama pun kembali dilakukan pada tanggal 29 November sayangnya, penelitian ini hanya berlangsung selama ± 17 hari, dan harus kembali terhenti karena alasan biaya.

2. Sudah sejak lama penduduk setempat mensakralkan Batu peti sebagai tempat bersejarah peninggalan Sangkuriang

Gambar diambil dari pesawat drone (Daridesa.com)

Lokasi keberadaan Batu peti ini sebelumnya memang sudah disakralkan oleh warga setempat. Penduduk setempat menganggapnya sebagai tempat tinggal Sangkuriang, tokoh yang sangat melegenda di tanah Pasundan yang berusaha membuat perahu dalam kurun waktu semalam namun tidak dapat terealisasikan.

3. Peneliti meyakini jika Batu peti adalah tempat pemujaan pada masa prasejarah (Sebelum Masehi – 4 M)

Suryanagara Institute

Setelah lama terlantar sekian tahun, penelitian di situs megalitikum Batu peti akhirnya kembali dilakukan untuk pertama kalinya pada tanggal 25 Mei 2019 oleh Permata For Heritage, yang hari ini berganti nama menjadi Suryanagara Institute.

Situs megalitikum Batu peti sendiri diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM. Berdasarkan hasil penelitian Indra Nugraha dan Raka Hertanto, menunjukkan dimana banyak sekali simbol matahari. Hasil itu cukup membuktikan bahwa penduduk kala itu menjadikan matahari sebagai media antropomorfistik dalam menyembah Yang Maha Kuasa.

4. Usia bangunan di bawah permukaan Batu peti terbukti secara ilmiah memiliki usia yang cukup tua

Foto: Daridesa.com


Setelah adanya uji dating Laboratorium Batan Indonesia menunjukkan bahwa material paleosonil kedalaman 3 meter pada coring bor pertama berusia 1621 SM. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman 7 meter hingga 9 meter pada lokasi coring bor kedua berusia 2400 SM. Hasil ini tentunya, cukup memuaskan dan menjadi awal yang baik dalam penelitian di batu peti.

5. Arsitekturasi Pembangunan Batu peti ternyata memiliki kemampuan teknologi yang maju

Gambara: Suryanagara Institute

Setelah membuka lahan semak pada sisi barat teras 1 ke bawah, ternyata terdapat 13 tingkat terasering punden berundak yang menunjukkan budaya gotong royong dengan teknologi maju pada masa itu.

Letak keberadaan Situs megalitikum Batu peti sendiri dibangun diatas perbukitan dan memiliki struktur bangunan yang kokoh serta, tidak menggunakan semen ataupun pasir pada saat penyusunan batu.

Dalam hal ini mereka menggunakan sistem kunci, dan menggunakan serbuk kapur serta telur angsa sebagai perekatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu kemampuan teknologi mereka sudah sangat maju.

6. Keberadaan Situs megalitikum peninggalan Sangkuriang / Batu peti masih menjadi suatu pengkajian dari beberapa bangunan Keajaiban Dunia yang menarik untuk di Gali

Suryanagara Institute

Hasil dari penelitian di situs megalitikum Batu peti ini mengundang reaksi dari beberapa kalangan baik itu, ilmuwan maupun sejarawan. Berbagai spekulasi pun muncul akan situs megalitikum yang satu ini. 

Sejarawan Indonesia Satria Agung Prakoso, menyatakan bahwa situs megalitikum Batu peti ini adalah Kuil pemuja matahari pertama, hal ini dikuatkan dengan temuan Stone Eyes, Dakon Stone, Tectarom Symbol, Batu Kujang, dan Aksara Alphaneose. Selain Satria Agung Prakoso Sejarawan Sunda Dira Umbara, menyatakan bahwa Situs Batu peti merupakan Rasiwa Prahasti Dewaka (rumah para guru).

Hingga saat ini, Batu peti masih dalam proses penelitian oleh Tim Terpadu Riset Mandiri. Yang jelas, jika peradaban pembangunan situs ini terungkap, maka penemuan ini akan menjadi penemuan yang mengguncang dunia.

7. Suryanagara Institute dalam penelitiannya menemukan beberapa benda peninggalan seperti koin, gerabah dan simbol-simbol

Tim dari Suryanagara Institute bersama masyarakat Desa kutamanah. saat menemukan artefak di batu peti. (Foto: Nurqoyim)

Penemuan beberapa artefak ini disimpan dan dirawat dengan baik oleh tokoh masyarakat setempat untuk pelestarian sejarah dan bukti adanaya peninggalan sejarah yang kuat

8. Tidak jauh dari batu peti, ada batu kursi yang berjejer sangat rapih

Batu kursi, dekat situs batu peti (foto: Daridesa.com)

terlihat rapih dan cantik, batu berupa seperti kursi di sisi danau jatiluhur, yang tidak jauh dari tempat situs megalitikum batu peti

Foto diambil dari pesawat drone. ( Daridesa.com )

9. Situs batu peti mulai banyak pengunjung

Wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara saat mengunjungi situs Batu Peti. (Foto: Hadi albulaqi)
Terdapat pemandangan yang indah, Foto: Hadi Albulaqi

Di samping wilayah situs megalitikum dalam proses pembangunan menjadi tempat wisata, disini bisa menjadi tempat liburan karena bisa menjadi tempat kemping keluarga maupun kegiatan-kegiatan lainnya, masyarakat setempat sudah menyiapkan lahan untuk camping ground, dan sudah ada warung yang buka 24 jam di lokasi tersebut. (Indra Nugraha/Had)

Kabar dari desa | Membaca kampung halaman

ARTIKEL TERKAIT
Rampak Bambu Calung Terbentuk Dari Kreatifitas Pelajar SMPN 1 Pasawahan, Meriahkan Raker Ekraf

Rampak Bambu Calung Terbentuk Dari Kreatifitas Pelajar SMPN 1 Pasawahan, Meriahkan Raker Ekraf

Revolusi Bisnis Desa di Purwakarta oleh Mahasiswa KKN ITB

Revolusi Bisnis Desa di Purwakarta oleh Mahasiswa KKN ITB

D4 TLM FITKes Unjani laksanakan Cegah & Pengendalian Vector Penyakit Demam Berdarah di Kota Cimahi

D4 TLM FITKes Unjani laksanakan Cegah & Pengendalian Vector Penyakit Demam Berdarah di Kota Cimahi

EKRAF Kecamatan Bojong Inisiasi Wisata Kuliner & Panggung Budaya

EKRAF Kecamatan Bojong Inisiasi Wisata Kuliner & Panggung Budaya

EKRAF Bungursari Bersama Influencer Promosikan UMKM Purwakarta

EKRAF Bungursari Bersama Influencer Promosikan UMKM Purwakarta

Unjani Berikan Edukasi dan Tes Lab pada Remaja MAN Kota Cimahi

Unjani Berikan Edukasi dan Tes Lab pada Remaja MAN Kota Cimahi