Subang, Daridesa.com – Situs Talun secara administratif termasuk di wilayah Desa Telaga Sari, Kecamatan Sagalaherang. Lahan situs berupa kebun pada bukit kecil di ujung selatan kampung, tepatnya pada posisi 06°38’02,6” LS dan 107°37’32,9” BT pada ketinggian sekitar 450 m
Status kepemilikan kebun berada pada masyarakat setempat yaitu, bagian barat situs merupakan milik Bapak Tajudin, bagian timur milik Ibu Neni (Bapak Yana Hadiyana, S.E.), dan di bagian barat daya (sebelah selatan kebun Bapak Tajudin) milik Bapak Machri. Jarak antara situs dengan perkampungan sekitar 200 m. Batas situs di sebelah timur adalah jalan desa, sebelah utara kebun, sebelah barat kompleks makam umum, dan sebelah selatan sawah.
Kondisi geografis kawasan situs Talun merupakan daerah pedataran bergelombang dengan ketinggian antara 200 m hingga 650 m dari permukaan laut. Di sebelah tenggara kampung terdapat Pasir Cibadakpasea (475 m) dan di sebelah timur laut terdapat Pasir Nyomot (640 m). Sebagai kawasan perbukitan, daerah ini merupakan hulu beberapa sungai. Cikeruh berhulu pada dua anak sungai kecil yang berada di sebelah barat dusun dan di kaki Pasir Cibadakpasea. Kedua sungai kecil ini mengalir ke arah barat dan menyatu kemudian berbelok ke arah utara. Di sebalah utara dusun, pada kaki Pasir Nyomot terdapat hulu Cibayawak. Sungai ini mengalir ke arah barat laut kemudian menyatu dengan Cikeruh. Sungai ini mengalir berkelok-kelok ke arah barat laut kemudian menyatu dengan Cilamaya.
Keberadaan situs Talun pertama kali terungkap pada sekitar tahun 1993. Berita yang beredar di masyarakat menyatakan bahwa di Kampung Talun banyak terdapat bata berukuran besar. Menurut sejarah lisan masyarakat Talun yang disampaikan Abah Jenggot, lokasi tersebut merupakan bekas alun-alun suatu kerajaan. Bapak Tata juga menceritakan bahwa dahulu salah seorang leluhur masyarakat Dusun Talun bermimpi mendapat petunjuk bahwa di lokasi yang ditandai dengan bambu kuning yang di dekatnya ada bekas tapak kaki kerbau terpendam bokor emas.
Dilansir dari website resmi Disparbud Jabar, Berdasarkan petunjuk ini kemudian lokasi yang dimaksud digali, ternyata hanya ada susunan bata besar. Beberapa kali masyarakat mengambil bata-bata tersebut hingga ada yang dipakai untuk teras rumah dan benteng (talud).Pada awal tahun 2006 misteri bata besar di Kampung Talun mencuat lagi. Dilaporkan ada kelompok masyarakat yang menaruh perhatian pada peninggalan purbakala melakukan penggalian di kebun milik Bapak Tajudin.
Penggalian ini telah berhasil menampakkan struktur bata membujur arah utara-selatan. Panjang struktur 6,80 m terdiri dua lajur bata. Pada ujung utara dan selatan merupakan bagian sudut yang bersambung dengan struktur melintang arah timur-barat. Struktur melintang di bagian utara dan selatan mengarah ke kebun milik Ibu Neni. Struktur melintang di bagian utara dan selatan masing-masing juga terdiri dua lajur. Pada struktur bagian utara terlihat terdiri lima lapis bata, sedangkan bagian selatan belum tampak seluruhnya.
Berdasar pada hasil penggalian masyarakat ini, Balai Arkeologi Bandung pada tahun 2006 melakukan ekskavasi sistematis terhadap tinggalan struktur bata situs Talun. Ekskavasi rata-rata mencapai kedalaman sekitar 1,5 m. Terlihat bahwa tanah yang menutup tinggalan bata kuna pada bagian atas merupakan lempung coklat kehitaman bertekstur halus sampai kasar.
Di bawah lapisan lempung adalah lapisan lapukan tufa pasiran berwarna kuning. Lapisan selanjutnya adalah lempung berwarna coklat. Pada lapisan lempung berwarna coklat itu terdapat pecahan bata dan struktur bata. Sisa struktur bata yang tampak dari hasil ekskavasi berada pada kedalaman 1,30 m. Struktur bata terdiri dua unit.
Unit pertama berada di sisi barat merupakan fondasi (batur) bangunan berdenah bujur sangkar dengan ukuran 7 x 7 m dengan struktur lantainya. Unit kedua ditemukan di sebelah timur unit pertama berupa struktur bata rolak yang belum ditampakkan secara keseluruhan.Struktur lantai yang terlihat jelas terdiri tiga lapis.
Lapisan paling atas, bata disusunan memanjang barat-timur, lapisan di bawahnya disusun memanjang utara-selatan, dan lapisan bata paling bawah disusun memanjang barat-timur. Teknik penyusunan bata tidak terlihat menggunakan lapisan perekat. Jarak antarbata (nat) sangat sempit. Perekat antarbata diperkirakan berupa tanah liat halus. Permukaan bata dibuat secara halus sehingga memungkinkan penyusunan secara sempurna. Struktur bata dalam posisi tegak (rolak) juga disusun dengan jarak sangat sempit.
Lapisan perekat antar bata tidak terlihat secara tegas.Artefak penting lain adalah fragmen keramik putih biru yang ditemukan di bawah konsentrasi fragmen bata pada kedalaman sekitar 60 cm. Fragmen tersebut merupakan pecahan mangkuk dari Cina masa dinasti Ming (abad ke-14 – 17).
Fragmen keramik lainnya ditemukan pada kedalaman 77 cm, yang merupakan fragmen bagian badan berwarna putih. Fragmen keramik ini berasal dari Cina masa dinasti T’ang (abad ke-7 – 10) dari bentuk buli-buli. Berdasarkan analisis fragmen keramik dan struktur bata yang ditemukan di situs Talun dapat diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-8 – 17.
Kurun waktu ini merupakan masa kerajaan Sunda. Mengenai apa dan untuk apa bangunan bata di Talun hingga sekarang masih belum terkuak. Namun demikian dengan adanya temuan tersebut juga tergambar bahwa di kawasan Subang bagian selatan terdapat klaster pemukiman.
Yudi Agustia penggiat pelestarian Sejarah dan Cagar Budaya dari Purwakarta menuturkan, “Sangat miris sekali, penelitian sampai hari ini tidak ada kelanjutan. bahkan tempat penemuan batu bata merah tersebut sekarabg di urug kembali dan rata seperti tanah biasa”. Ujarnya kepada daridesa.com
Tambah Yudi, Seharus nya tidak usah di urug lagi, tapi informasi yang saya dapat dari tokoh masyarakat setempat. tempat itu di suruh untuk di urug kembali oleh pihak yang terkait, inikan menjadi sebuah pertanyaan besar, ada apa? gitu. Tegasnya
“Kan sudah jelas, penumuan yang sudah di ekskavasi sangat mengagetkan. ya minimal kalau tidak di lanjutkan penelitian, harus di benahi dan di rawat tempatnya. karena itu adalah bukti sejarah dan peninggalan nenek moyang kita yang sangat kuat”. tutup Yudi (Had)
Berita dari desa | Membaca kampung halaman