Jurnal Warga, daridesa.com – Semester akhir ialah semester yang berada pada semester 7 karena di semester 7 sudah mulai sibuk-sibuknya dalam menyusun proposal untuk pengajuan skripsi maupun tugas-tugas Kuliah Kerja Nyata yang familiar disebut KKN.
Nyatanya memang di semester tersebut memang sedang sibuk-sibuknya karena ini adalah fase akhir dari perjuangan 4 tahun yang berkutat dengan buku maupun tugas-tugas yang ada di kampus.
Begitu pun sudah memasuki tugas akhir bagi yang aktif dalam organisasi di dalam kampus seperti Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan sudah seharusnya para mahasiswa tersebut harus memikirkan tugas-tugas akhir untuk menyelesaikan studi di kampusnya. Sementara di semester akhir ini untuk masalah biaya juga sangat besar, selain untuk membayar uang semester, KKN, ujian komprehensif, dan membayar segala macam bimbingian yang berkaitan dengan skripsi.
Pengeluaran tersebut adalah pengeluaran pasti yang harus mahasiswa bayarkan terhadap pihak kampus, belum lagi biaya tak terduga seperti banyaknya fotokopi, banyaknya hasil print laporan yang berkaitan dengan KKN maupun print proposal yang terkadang harus direvisi.
Belum lagi jika memasuki masa skripsi makin banyak lagi pengeluaran yang harus dikeluarkan seperti banyaknya revisi hasil skripsi dan juga terkadang dosen pembimbing minta yang agak aneh, seperti meminta dibawakan makanan, karena bila tidak dibawakan makanan bisa mempengaruhi skripsi kita dan juga kadang memiliki mood yang berbeda-beda. Itu belum termasuk perbedaan pendapat antara dosen pembimbing.
Banyaknya dosen pembimbing yang terkadang egois dimasa bimbingan skripsi karena dengan keputusannya lah yang menentukan kelulusan mahasiswa, maka dari itu terkadang suka tidak aneh bila ada kekerasan seksual terhadap mahasiswi karena bimbingan skripsi dan ada juga mahasiswa yang melakukan kekerasan terhadap dosen pembimbing tersebut dan dari kasus ini kita harus melihat secara objektif.
Saya berusaha meilihat kasus ini dan mencoba melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa terkait mahasiswa tingkat akhir.
Aca namanya, ia saat ini ia berada di sekolah tinggi yang ada di salah satu kota dan ia sekarang berada di semester akhir yang dimana ia membutuhkan banyak biaya untuk menyelesaikan kuliahnya.
Awalnya Aca menjadi guru di Lembaga Pendidikan (LP) tapi semua itu tidak mencukupi untuk menutupi biaya kuliahnya maka dari itu ia mencoba untuk melamar di perusahaan untuk menambah penghasilanya serta alhamdulillah setelah serangkaian test ia bisa masuk di perushaan tersebut.
Motif untuk kerja sambil kuliah sebenarnya ingin meringankan beban orang tua apalagi kondisi ekonomi keluarga yang kurang stabil karena efek dari pandemi Covid–19 maka dari ia bisa membantu ekonomi keluarga dan juga memenuhi kebutuhan untuk kuliahnya.
Sebenarnya dengan kuliah sambil bekerja Aca merasa terganggu karena pikirannya jadi kurang fokus antara pekerjaan dan kuliah apalagi ia bekerja di perusahaan swasta, setelah pulang kuliah ia langsung ke kampus dengan terburu-buru serta dengan tenaga sisa tapi harus dijalanin proses tersebut karena sudah kepalang tanggung dan juga sudah sebentar lagi lulus.
Tapi kendala lain terkait kuliah ialah tentang tugas kuliah, terkadang ia mengerjakan tugas kuliah hanya di waktu weekend saja mengingat hanya di waktu tersebutlah ia memiliki kesempatan untuk membuat tugas.
Saya juga bertanya kepada Aca apakah dengan kondisi seperti ini, ia bisa yakin lulus apalagi dengan fokus yang terbagi dan juga hambatan yang ada.
Aca yakin bisa lulus walaupun ada kemungkinan buruk bila ia tidak lulus sama-sama dengan teman 1 semesternya, tapi ia selalu berusaha agar bisa lulus bisa sama-sama karena di tempat kerjanya ia masih menjadi karyawan kontrak bukan karyawan tetap. Jadi masih ada kemungkinan mengejar skripsi disaat habis masa kontrak kerjanya.
Tapi melihat perasan orang tua degan kondisi sekarang jadi mau tidak mau harus bekerja sambil kuliah karena supaya bisa membantu perekonomian keluarga dan harapan ke depannya dari perjuangan ini inginnya bisa mendapat pekerjaan atau memiliki usaha sendiri serta bisa mengembangkan ilmu yang didapat selama kuliah.
Begitu juga pendapat Ica, ia adalah mahasiswi salah satu perguruan tinggi di salah satu kota, yang juga berada di semester akhir pendidikannya.
Ica adalah pengajar di salah satu Madrasah Iftidaiyah (MI) yang ada di salah satu kota, ia alasannya, apa ya karena mengajar itu adalah salah satu pekerjaan yang ia cintai tapi dari hasil mengajar rasanya kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya maupun kebutuhan kuliahnya dan alhamdulillahnya ia juga mendapat jam tambahan yaitu mengajar les privat dari anak-anak didiknya.
Jadi awalnya ia mengambil jam di luar mengajar itu sebenarnya dari sebelum pandemi ini ada dan untuk menambah kesibukan serta pendapatan Ica sendiri.
Ketika kebijakan kuliah offline timbul sebuah permasalahan karena mau dilepas untuk les privatnya juga tidak bisa dilepas, tapi untuk masalah kuliah juga pasti keteteran maka dari itu ia sengaja untuk membiarkan kondisi ini sebab di waktu itu Ica memiliki kebutuhan yang mendadak juga jadi Ica tidak bisa keluar karena dari les privat ini. Upah yang diterima untuk membayar beban kuliah agar tidak menumpuk hutang di kampus.
Tapi kalo boleh Jujur dengan kondisi seperti ini sangat terganggu tapi karena tanggung jawab mau melepas les privat agak berat alhasil jadi memaksakan diri walaupun harus sering terlambat dalam kuliah dan juga sering tidak fokus dalam memahami mata kuliah yang disampaikan oleh dosen.
Terus untuk di semester akhir ini banyak tugas yang terganggu apalagi berkaitan dengan judul skripsi dan tugas-tugas kuliah. Walau sudah memiliki judul skripsi tapi dengan kesibukan yang ada memang tidak fokus apalagi hal yang terkecil tentang tugas-tugas yang diberikan oleh para dosen pasti sering tidak fokus tapi ada banyak harapan dalam proses ini.
Salah satunya ialah harapan dari orang tua. Seorang ayah yang selalu support anaknya dan ibu selalu menekankan untuk benar-benar harus fokus dalam segala hal karena aku sendiri kuliah dari biaya sendiri dan alhamdulillah masih bisa bertahan sampai semester 7 walaupun soal bayaran masih ada yang nunggak.
Dan harapan Ica sendiri ingin menunjukan kepada orang tua bahwa anaknya bisa menuntaskan pendidikannya dengan carannya sendiri. Karena seorang wanita juga berhak menuntut ilmu sampai perguruan tinggi walau sejatinya ia juga harus patuh terhadap aturan suami. Tapi percayalah madrasah pertama bagi anak-anak ialah seorang ibu dan menjadi seorang ibu haruslah menjadi ibu yang kuat serta cerdas bagi anaknya. Semoga saja segala harapan dan cita-cita yang diimpikan dapat terwujud dengan baik.
Dan satu lagi ada cerita dari Ira, yang juga mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi yang ada di salah satu kota.
Alasanya adalah untuk membayar kuliahnya yang dimana biaya kuliah tersebut sedang banyak pengeluaran dan juga ada sedikit untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena sepeninggal seorang bapak, ekonomi keluarganya mulai terganggu oleh sebab itu ia ingin menjadi anak yang mandiri.
Dari penghasilanya ia selalu membantu keluarga seperti membayar tagihan listrik dan air. Meskipun hanya membantu sedikit akan tetapi ia ingin membeli sesuatu selalu menggunakan uang sendiri seperti membeli buku-buku referensi kuliah dan lain sebagainya.
Dari rasa prihatin itulah ia selalu bekerja keras demi keluarga dan kuliahnya, walau saat ini waktu kuliahnya sangat terganggu karena terkendala waktu. Bentroknya jadwal kuliah dengan les privat di tempat ia mengajar menyebabkan ia selalu terlambat masuk kuliah dan terkadang sampai tidak masuk kuliah kerena harus mengajar les privat pada anak-anak didiknya.
Ira sampai mempunyai keinginan agar anak-anak didiknya bisa menjadi anak-anak yang lebih baik dan cerdas karena anak-anak yang ia ajar memiliki kendala dalam belajarnya di sekolahnya maka dari itu terkadang ia selalu meninggalkan kuliahnya dan di sisi lain ia juga ingin menambah pendapatan untuk membayar biaya kuliah.
Karena ia sadar kalau bukan ia yang membayar harus siapa lagi yang membayar dan ia juga sadar tentang prestasinya di kampus yang selalu menurun karena jarang masuk kuliah tapi juga ia bimbang karena biaya kuliah harus dibayar apalagi sudah semester akhir.
Yang saya tahu dari kakak-kakak senior saya saja di semester akhir sudah menghabiskan bayaran sekitar Rp. 3.000.000 untuk sekedar bayaran bimbingan skripsi dan lain-lain. Acuan tersebutlah yang membuat saya harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa membayar kewajiban saya di kampus walaupun imbasnya kepada prestasi belajar saya.
Harapanya agar saya bisa lulus dan juga bisa membanggakan kedua orang tua saya walau saat ini bapak saya sudah tiada tapi saya selalu bersemangat untuk menyelesaikan pendidikan saya. Saya percaya walaupun ada banyak rintangan tapi ini adalah bagian dari ujian dalam menuntut ilmu.
Semoga dari 3 orang itu tadi dapat menginspirasi kita bahwa semangat belajar itu harus tanpa terkecuali walaupun terkendala dalam segi biaya, memang inilah yang menjadi paradoks pada mahasiswa tingkat akhir.
Penulis: Taufik Rahman
Berita Dari Desa | Membaca Kampung Halaman