Permainan Tradisional Kelereng, Apakah Masih Ada di Desamu?

Permainan Tradisional Kelereng, Apakah Masih Ada di Desamu?

Gaya Hidup, daridesa.com – Permainan kelereng memang menjadi salah satu permainan legendaris yang sering dimainkan sejak dahulu. Berkumpul dengan teman di kampung halaman sambil bermain kelereng adalah hiburan yang sangat menyenangkan. Namun, seberapa tahu Sahabat Dari desa tentang permainan kelereng ini? Yuk, simak rangkuman informasi tentang kelereng!

Perkembangan Permainan Tradisional Kelereng

Menurut Supriyanto (dikutip dalam Kartiko, 2014), kelereng muncul sejak zaman kerajaan. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan bahwa di Yogyakarta masih terdapat tiga kelereng berukuran besar, terbuat dari marmer berdiameter sekitar 15-30 cm dan berlokasi di dekat Makam Kotagede. Batu kelereng tersebut diceritakan sebagai mainan Raden Rangga, putra dari Panembahan Senopati yang berkuasa pada masa kerajaan Mataram Islam.

Kemudian, dalam perkembangannya kita mengenal kelereng sebagai sebuah objek berukuran kecil yang diproduksi dari pabrik. Umumnya, kelereng yang kita kenal adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca. Namun, di daerah yang jauh dari perkotaan, kelereng seringkali dapat berupa biji-bijian yang diurai. Di beberapa daerah, kelereng terbuat dari campuran semen dan kapur yang dibentuk bulat atau dari batu wali yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai kelereng yang kita kenal (Hasanah, 2016).

Mengapa Kita Harus Bermain Kelereng?

Selain untuk melestarikan permainan tradisional, permainan kelereng juga memiliki beberapa manfaat. Salah satunya, permainan kelereng dapat meningkatkan kemampuan motorik halus (Fauziah, 2018). Gerakan jari serta pengaturan kekuatan dan kecepatan kelereng dengan menggunakan jari-jari tangan sangat penting dalam mengasah kemampuan motorik halus. Kemudian, permainan kelereng juga membantu anak untuk mengenal matematika sekaligus bentuk bangun datar. Pemain perlu menghitung banyak kelereng di dalam arena permainan.

Kemudian, pemain juga melukis segitiga atau persegi di tanah sebagai wadah untuk meletakkan kelereng yang akan dibidik anak (Siregar & Lestari, 2018). Nah, sekarang Sahabat Dari desa sudah mengerti kan, tentang seluk beluk kelereng. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, bermain kelereng bersama kawan! Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar! Seru syahdu. (red/tgrcampaign)

Berita dari desa | Membaca kampung halaman

 

ARTIKEL TERKAIT
Solusi Konkret Pangan Bergizi, GENPI Jawa Barat luncurkan Program Budidaya Jamur Modern di Purwakarta

Solusi Konkret Pangan Bergizi, GENPI Jawa Barat luncurkan Program Budidaya Jamur Modern di Purwakarta

“Sorak Riuh Bumi Pertiwi”: Kolaborasi Bukan Biasa, Anak Muda Purwakarta Tunjukkan Jalan Baru

“Sorak Riuh Bumi Pertiwi”: Kolaborasi Bukan Biasa, Anak Muda Purwakarta Tunjukkan Jalan Baru

HIMAMEN Mengabdi: Langkah Nyata Mahasiswa dalam Pengabdian Masyarakat

HIMAMEN Mengabdi: Langkah Nyata Mahasiswa dalam Pengabdian Masyarakat

Sorak Riuh Bumi Pertiwi, Ekspresi Damai Anak Muda Purwakarta

Sorak Riuh Bumi Pertiwi, Ekspresi Damai Anak Muda Purwakarta

Gusdurian Karawang untuk TUNAS 2025: Gerakan Kolektif Menolak Ketidakadilan Ekologis

Gusdurian Karawang untuk TUNAS 2025: Gerakan Kolektif Menolak Ketidakadilan Ekologis

Gunung Rahayu: Antara Pengembangan Wisata dan Dampak Sosial

Gunung Rahayu: Antara Pengembangan Wisata dan Dampak Sosial