Ramadhan dan Jenaka Kita yang Hilang

Ramadhan dan Jenaka Kita yang Hilang

Daridesa.com | Opini – Ramadhan kita kali ini, dihempit oleh pandemi. Ada banyak jenaka kita yang hilang, beban-beban berat malah memukul yang memikul. Telinga kita menjerit menangis, mendengar kabar kehilangan. Baik pekerjaan, tahta, uang, saudara dan hal-hal yang menyokong hidup lainnya.

Ramadhan adalah bulan kegembiraan bagi umat muslim, mungkin bukan hanya muslim. Terlebih semua agama, karena mereka serta ikut mendapatkan kemeriahan, tebar kasih, Tunjangan Hari Raya bagi yang kerja dan Cuti libur bersama. Tapi, di tengah pandemi ini semua hilang begitu saja, semua manusia sedang diuji untuk menunjukan rasa kemanusiaannya melawan pandemi

Ditengah situasi pandemi, hampir semua kebiasaan kita di bulan ramadhan tahun ini di nonaktifkan. Pawai menyambut Bulan Ramadhan, Shalat tarawih di masjid/mushala, menulis cermah ustadz dan memburu tanda tangannya, buka bersama, sahur on the road, Tadarus bersama di masjid, pensatren kilat, ngebuburit, perang sarung, membangunkan sahur ramai-ramai dan kebahagiaan kita lain sebagainya yang hilang dilarang oleh pemerintah demi keselamatan bersama.

Apalagi budaya masyarakat indoensia saat akan menjelang hari Raya idul fitri, yaitu mudik. Mudik menurut saya sudah menjadi bagian jiwa masyarakat Indonesia, karena mudik adalah sebuah waktu dan kesempatan dimana semua keluarga bisa berkumpul, berbagi Cinta dan cerita pengalaman selama merantau, berbagi rezeki dan menebar bahagia bersama sanak saudara, kerabat dan tetangga.

Lagi-lagi jenaka kita yang hilang, masyarakat di himbau untuk berdiam diri dirumah. Sedangkan, bagaimana dengan nasib saudara-saudara kita yang kehilangan mata pencahariannya? Saudara-saudara kita yang memiliki cicilan? Hutang? Dan kehabisan cara untuk membayar kontrakan rumahnya?

Mungkin ini adalah bulan ramadhan yang paling menyedihkan bagi banyak orang. Tapi kita harus tetap bahagia dengan saling membantu, saling menyemangati, saling mengulurkan tangan, saling berbagi antara sesama. Karena disituasi seperti ini yang paling ampuh untuk mengalahkan pandemi adalah kekompakan kita sebagai manusia.

Saya yakin, pemerintah sedang memikirkan solusi untuk semua ini. Tapi, sampai hari ini yang di terima masyarakat hanya berita-berita optimis bahkan menyedihkan, segala larangan kebijakannya terpapar di berbagai stasiun televisi dan media sosial. Tapi, bantuan belum sampai juga di depan pintu rumah masyarakat kita yang mulai kelaparan. Semoga saja pemerintah sedang sibuk mendata satu-persatu yang membutuhkan bantuan itu.

Garda terdepan pahlawan kita hari ini adalah Perawat, Dokter dan para medis lainnya. Mereka kehilangan banyak nikmat dari kenormalan hidup seperti biasanya. Berjarak dengan keluarga, tenaga dan pikirannya terkuras, beribadah tersendat dengan peraturan, bahkan dirinya sendiri menjadi terancam terpapar covid-19. Doa dari kita semoga para tim medis semua sehat dan selalu dalam rasa optimis menang melawan pandemi

Jenaka kita yang hilang, diporak porandakan oleh pandemi covid-19. Banyak yang menangis menahan rindu, mengingat segala ketulusan senyum sapa anatar sesama, ibadah dan berjamaah yang nyaman dan khusu. Anak muda biasanya sibuk dan ramai-ramai di masjid dan mushola kini menjadi sunyi. Karena penyebaran pandemi ini tidak memandang bulu, tidak melihat siapa kamu. Yang bisa menghentikan penyebaran pandemi ini ya kita. Dengan sementara dirumah saja, dengan melakukan jaga jarak, rajin mencuci tangan dan menjaga imun tubuh.

Dibalik segala bencana pasti ada hikmahnya, bisa kita pilah dan kita petik. Manfaatkan momen di rumah saja ini untuk semakin erat dan merekatkan pelukan dengan keluarga, mendoakan yang sudah tiada. Momen karantina ini haru kita manfaatkan untuk kembali menulis target impian yang belum terwujud, menjadi produktif melalui berbagai cara.

Semoga kita semua sehat dan ada dalam lindungan Allah SWT, tetap ikuti aturan, patuhi arahan, dan mulailah membangun rasa empati yang lebih kepada lingkungan sekitar, Kita pasti menang.

Wallahu A’lam

Penulis : Hadi Ibnu Sabilillah Albulaqi, Pendiri Yayasan Media Pena Lensa Kreatif dan Pendiri Komunitas Pena dan Lensa (Kopel)

Berita dari desa | Membaca kampung halaman

ARTIKEL TERKAIT
“Gebyar Pasar Kaget” Tutup Rangkaian KPPM STIE Wikara di Desa Nangewer, KOPEL turut hadir.

“Gebyar Pasar Kaget” Tutup Rangkaian KPPM STIE Wikara di Desa Nangewer, KOPEL turut hadir.

Mahasiswa KKN Bersama BUMDes dan Ekraf Purwakarta Gelar Seminar UMKM, Dorong Penguatan Branding Lokal

Mahasiswa KKN Bersama BUMDes dan Ekraf Purwakarta Gelar Seminar UMKM, Dorong Penguatan Branding Lokal

Masih Banyak Anak Terinfeksi Cacing? Mahasiswa dan Puskesmas Tak Mau Diam

Masih Banyak Anak Terinfeksi Cacing? Mahasiswa dan Puskesmas Tak Mau Diam

de’TALK Academy dan Komite Ekonomi Kreatif Purwakarta Kolaborasi dalam Assesment Batch 3

de’TALK Academy dan Komite Ekonomi Kreatif Purwakarta Kolaborasi dalam Assesment Batch 3

Pagi Ceria di Taringgul Tengah: Warga Antusias Senam Bersama Mahasiswa KKN

Pagi Ceria di Taringgul Tengah: Warga Antusias Senam Bersama Mahasiswa KKN

Pengendalian Hama Terpadu: Kunci Ketahanan Pangan dan Sukses Program MBG

Pengendalian Hama Terpadu: Kunci Ketahanan Pangan dan Sukses Program MBG