Refleksikan Perjuangan Kiai dan Santri di Hari Pahlawan

Refleksikan Perjuangan Kiai dan Santri di Hari Pahlawan

Surabaya, Daridesa.com – 10 November 1945 merupakan catatan bersejarah dalam sejarah peradaban Bangsa Indonesia. 17 Agustus 1945 Ir Soekarno dan Moh Hatta baru saja memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, hanya selang beberapa bulan saja terjadi pemberontakan dari sekutu untuk merebut kedaulatan kemerdekaan Indonesia.

Momen bersejarah itu tak bisa lepas dari peran fatwa Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU), yang menggerakkan warga dan juga kalangan santri untuk menghantam pasukan sekutu di Surabaya. Keluarnya Resolusi Jihad juga atas permohonan Presiden Sukarno pada 17 September 1945, yang memohon fatwa hukum kepada ulama.

Hal yang sama juga dilakukan Mayor Jenderal TKR Mustopo, sebagai komandan sektor perlawanan Surabaya yang pada waktu itu, bersama Sungkono, Bung Tomo, dan tokoh-tokoh Jawa Timur menghadap KH Hasyim Asyari. Yang intinya meminta fatwa untuk melakukan perang suci atau jihad dengan sasaran mengusir sekutu dan NICA yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby di Surabaya.

Dari peristiwa tersebut, dapat di telaah bahwa peran kiai dan santri dalam kemerdekaan Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal ini selaras dengan pernyataan Founder Gerakan Santri Milenial, Ahmad Athoillah, M. IP.

“Dari catatan sejarah itu, bisa kita ambil kesimpulan, bahwa peran kiai dan santri sangat besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada peristiwa 10 November 1945, yang setiap tahun ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional,” ujarnya pada Selasa (10/11/2020).

Dirinya menambahkan, bahwa peringatan Hari Pahlawan ini menjadi momentum untuk mengobarkan semangat kembali dalam rangka pembangunan negara. Oleh karena itu, para santri milenial harus terbuka dengan perkembangan digital yang begitu pesat, karena senjata para santri milenial bukan lagi senjata atau bambu runcing.

“Santri milenial harus melek teknologi dan berkontribusi sesuai bidang keilmuan yang dimiliki,” tambah Mas Atho’, sapaan akrab Ahmad Athoillah.

Dirinya juga berharap, para santri milenial bisa memberikan warna baru di era digital ini.

“Peran santri milenial harus terlihat. Dengan ikut memproduksi konten-konten Islami yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah, juga memberikan konten-konten semangat dan motivasi yang berpatokan kepada ilmu fiqh,” jelasnya.

Mas Atho’ mengingatkan, bahwa kehidupan yang kita rasakan saat ini juga tidak lepas dari dukungan dan doa orang-orang sekitar, khususnya orangtua.

“Oleh karena itu, tidak ada yang lebih baik selain kita memberi manfaat kepada orang lain. Jangan terlalu egois dengan memikirkan diri sediri, karena pencapaian terbesar kita tidak pernah lepas dari peran orang di sekitar kita. Khoirunnas ‘anfauhum linnas,” pungkasnya. (Savhira)

Berita dari desa | Membaca kampung halaman

Tagged with:
santri dan kyai
ARTIKEL TERKAIT
Rampak Bambu Calung Terbentuk Dari Kreatifitas Pelajar SMPN 1 Pasawahan, Meriahkan Raker Ekraf

Rampak Bambu Calung Terbentuk Dari Kreatifitas Pelajar SMPN 1 Pasawahan, Meriahkan Raker Ekraf

Revolusi Bisnis Desa di Purwakarta oleh Mahasiswa KKN ITB

Revolusi Bisnis Desa di Purwakarta oleh Mahasiswa KKN ITB

D4 TLM FITKes Unjani laksanakan Cegah & Pengendalian Vector Penyakit Demam Berdarah di Kota Cimahi

D4 TLM FITKes Unjani laksanakan Cegah & Pengendalian Vector Penyakit Demam Berdarah di Kota Cimahi

EKRAF Kecamatan Bojong Inisiasi Wisata Kuliner & Panggung Budaya

EKRAF Kecamatan Bojong Inisiasi Wisata Kuliner & Panggung Budaya

EKRAF Bungursari Bersama Influencer Promosikan UMKM Purwakarta

EKRAF Bungursari Bersama Influencer Promosikan UMKM Purwakarta

Unjani Berikan Edukasi dan Tes Lab pada Remaja MAN Kota Cimahi

Unjani Berikan Edukasi dan Tes Lab pada Remaja MAN Kota Cimahi