Opini, daridesa.com – Sudah sembilan bulan ini, ekonomi dalam sektor pariwisata Indonesia melemah. Penyebabnya adalah dengan adanya pandemi virus corona yang membuat masyarakat berjaga jarak dan menghindari kerumunan. Hal tersebut membuat masyarakat lebih banyak berdiam diri di rumah, supaya terhindar dari paparan virus corona ini. Akibatnya dalam kondisi sekarang, jumlah kunjungan wisatawan ke suatu tempat wisata menurun dan juga transaksi ekonomi pariwisata melemah. Namun, sebenarnya ada cara yang dapat dilakukan untuk mendongkrak kembali perekonomian dalam sektor ini. Apa saja ya, cara yang dapat diterapkan pelaku wisata untuk menaikan jumlah wisatawan lagi?
Dari data Kemenparekraf jumlah wisatawan mancanegara bulan Oktober 2020 berjumlah 158.189 kunjungan atau mengalami penurunan sebesar -88,25% dibandingkan bulan Oktober 2019 yang berjumlah 1.346.434 kunjungan. Penurunan jumlah wisatawan mancanegara ini berdampak kepada perekonomian dalam sektor pariwisata dan juga devisa negara. Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber bagi devisa negara, pada tahun 2018 devisa dari sektor pariwisata mencapai Rp270 triliun, sedangkan pada tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi Rp280 triliun. Sayangnya dengan adanya pandemi virus corona ini, pendapatan devisa dari sektor pariwisata tahun 2020 turun drastis hingga 90 persen.
Jika melihat skala yang lebih kecil, imbas dari merosotnya ekonomi dalam sektor pariwisata juga menyebabkan 60%-70% pelaku industri pariwisata teracam gulung tikar atau tutup secara permanen. Kini semua elemen masyarakat yang terlibat dalam sektor pariwisata saling bahu-membahu dalam membangkitkan masalah perekonomian ini. Sudah banyak program atau kebijakan yang dilakukan demi mengatasi permasalahan ini, contohnya antara lain adalah menerapkan skema berwisata dengan protokol kesehatan yang ketat. Seperti pemeriksaan suhu tubuh sebelum masuk ke kawasan wisata, mencuci tangan secara berkala, wajib menggunakan masker, dan tetap menjaga jarak.
Selain itu, tren wisata virtual juga menjadi cara dalam mengatasi permasalahan yang ada. Ketika melakukan wisata virtual, wisatawan akan diajak berkeliling secara virtual dan akan mendapatkan penjelasan mengenai sejarah atau asal-usul sebuah tempat wisata yang dikunjungi oleh pemandu wisata virtual. Dengan begitu wisatawan diharapkan dapat merasakan layaknya sedang berwisata secara sungguhan. Wisata virtual juga bisa menjadi cara untuk menambah wawasan seputar tempat wisata dan juga dapat membantu calon wisatawan untuk merencanakan wisata setelah pandemi ini berakhir. Bagi pengelola wisata, wisata virtual juga dapat menjadi media untuk mempromosikan tempat wisata yang mereka kelola.
Kebanyakan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berasal dari Benua Asia, Eropa, dan Amerika. Oleh karena itu, pelaku wisata bisa terus berinovasi untuk mengembangkan wisata virtual tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menambahkan fitur wisata virtual dalam beberapa bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Mandarin, Arab, Prancis, Jepang, dan Melayu. Supaya wisatawan mancanegara dapat mengikuti dan lebih mengetahui wisata Indonesia meski dalam virtual. Ide tersebut bisa diterapkan terlebih dahulu di destinasi super prioritas di Indonesia. Seperti Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, Likupang, dan Candi Borobudur.
Inovasi tersebut sangat perlu dilakukan guna mempromosikan destinasi wisata super prioritas Indonesia, serta untuk menarik wisatawan mancanegara kembali datang berwisata di Indonesia setelah pandemi berakhir. Dengan begitu ketika pandemi berangsur-angsur pulih, aktivitas pariwisata pun bisa kembali normal. Untuk saat ini juga wisata virtual dapat menjadi opsi lain bagi wisatawan yang ingin berwisata, tetapi belum ada kesempatan untuk mengunjunginya langsung.
Sektor pariwisata merupakan sektor yang paling terdampak oleh adanya pandemi virus corona ini. Dampak tersebut antara lain menurunnya jumlah wisatawan asing ke Indonesia, menurunnya devisa negara dari sektor pariwisata, dan hampir 70% pelaku industri pariwisata terancam gulung tikar. Berbagai cara telah dilakukan untuk memulihkan kondisi ini seperti menerapkan protokol kesehatan di tempat wisata dan juga berwisata dengan cara baru yaitu secara virtual.
Penulis: Reisya Afifah Rahmani, Mahasiswi Universitas Gadjah Mada.
Berita dari desa | Membaca kampung halaman