Opini, Daridesa.com – H.O.S Tjokroaminoto diberi gelar sebagai pahlawan nasional pada tahun 1961 oleh sang murid sekaligus menantunya yaitu Ir. Soekarno yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden pertama Indonesia paska kemerdekaan. Kiprah dan pengaruhnya yang luar biasa sangat wajar untuk beliau mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Namun sayangnya, beliau belum bisa menikmati hasil kemederkaan karena beliau wafat sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Banyak hal yang bisa pemuda hari ini pelajari dari sosok yang sangat menginspirasi tersebut. Bahkan, oleh orang belanda, H.O.S Tjokroaminoto ini dijuluki sebagai De Ongekroonde Van Java atau Raja Jawa Tanpa Mahkota. Karena memang kepemimpinan beliau yang kharismatik kemudian dengan orasi-orasinya mampu mempengaruhi banyak orang.
H.O.S Tjokroaminoto merupakan keturunan priyai atau bangsawan. Jika pada waktu itu Tjokroaminoto memilih untuk hidup nyaman tentu saja hal itu sangat mudah didapatkan olehnya, namun beliau memilih jalan lain dengan keluar dari zona nyaman. Beliau memilih untuk melawan kolonialisme, agar bangsa Indonesia bisa mendirikan pemerintahan sendiri (Zelfbestuur).
Dalam penggalan pidatonya di acara kongres Central Sarekat Islam di Bandung pada tahun 1916 beliau mengatakan bahwa, “tidak patut lagi untuk memandang Hindia sebagai sapi perasan, yang hanya mendapat makan karena susunya. Tidak pantas lagi untuk memandang negeri ini sebagai tempat untuk didatangi dengan maksud mencari untung, dan sekarang juga sudah tidak patut lagi, bahwa penduduknya, terutama putera-buminya, tidak punya hak untuk ikut bicara dalam urusan pemerintahan yang mengatur nasibnya”.
Dalam penggalan pidatonya tersebut beliau memiliki cita-cita yang mulia bahwa bangsa Indonesia harus merdeka terbebas dari belenggu penjajah. Begitulah H.O.S Tjokroaminoto mengajarkan bahwa kita harus keluar dari zona nyaman, bahwa kita harus terus berjuang bukan hanya untuk diri pribadi tapi untuk kepentingan bersama.
Maka untuk menjadi pahlawan hari ini, kita tidak perlu mengangkat senjata, tidak perlu melawan penjajah. Mari kita melawan segala rasa malas yang ada dalam diri kita, mari sama-sama keluar dari zona nyaman. Korbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk sebisa mungkin menghasilkan karya, memberikan kontribusi nyata.
Penulis : Rizki Rizaldi