Daridesa.com | Opini – “Menjadi Petani Itu Keren, Apalagi Petani Muda !” Seperti itulah kira-kira jargon dari kawan-kawan Himpunan Pemuda Tani (HIDATA), yang sangat semangat dalam mengajak kaula muda untuk bertani. Tertular dari kesemangatan mereka, saya hanya bisa merefleksikan nya melalui pengamatan dan tulisan ini.
Baiklah, di jaman yang modern ini mendengar kata “petani”, pasti akan mengira hanya bekerja di sawah menanam padi dengan cangkul, kerbau, penuh lumpur dan berpanas terik. Begitu? Jangan salah, petani padi memang, bekerja di sawah. Namun kini ada banyak istilah baru yakni petani modern, petani pekarangan, petani jalan-jalan, dan lain sebagainya.
Nah… apa sih petani di jaman yang modern ini? Apa petani dengan gadget? Atau bagaimana? Nah kita akan membahas seputar petani di jaman modern kali ini.
Sedikit berbeda dengan petani konvensional atau petani pada umumnya, bagi kamu anak muda yang ingin menjadi petani di jaman modern ini hanya membutuhkan tanah atau lahan yang tidak terlalu luas. Jadi untuk menjadi petani modern ini kita tidak memerlukan lahan berhektar-hektar dengan traktor atau sapi, kita tetap bisa memulai bertani hingga menjadikannya sebuah bisnis dengan modal terbatas. Menarik bukan?
Yang ditanam pun tidak melulu harus padi, kita bisa juga menanam sayur-sayuran organik. Banyak orang yang kini lebih suka mengkonsumsi sayur-sayuran organik dan makanan olahan dari sayuran organik karena dinilai lebih sehat. Gaya hidup sehat orang-orang ini bisa kita manfaatkan sebagai peluang usaha baru yakni dengan menjadi petani modern yang menanam sayur-sayuran organik.
Selain menanam, kita bisa juga membuka usaha kuliner dengan bahan dasar sayuran organik yang kita panen. Hal ini akan menaikkan nilai jual loh. Jika memang di desa masyarakatnya masih kurang aware dengan kesehatan dan makanan sehat seperti sayuran organik, kita bisa menjualnya di kota atau menjadi supplier sayuran organik di supermarket.
Untuk menjadi petani organik atau petani modern di desa kita perlu lahan setidaknya 15-40 meter. Tidak perlu berhektar-hektar karena dengan lahan yang terbatas ini kita tetap bisa menghasilkan. Contoh nya bisa memanfaatkan lahan samping atau belakang rumah mu.
Menjadi petani di jaman yang modern ini, kita wajib tahu dan memiliki banyak informasi mengenai pengelolaan pertanian. Apalagi bagi Anda yang tertarik untuk menanam tanaman organik, memang kita perlu berhati-hati dalam pengelolaannya karena terbilang cukup riskan.
Namun jangan khawatir karena kini tersedia banyak sumber informasi yang menyediakan info tentang hal tersebut. terutana di daerah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kalian bisa banyak berdiskusi dengan kawan-kawan HIDATA. Karena Menjadi petani modern pemula kita juga wajib tahu tentang bibit tanaman. Salah satunya dengan banyak belajar dengan yang lebih berpengalaman
Jika berniat untuk menjadikan nya bisnis, kita wajib memperkirakan tanaman apa yang sekiranya “ramai” di pasaran dan tanaman apa yang kurang diminati. Perawatan dan penanganan hama juga wajib kita ketahui, bagaimana pencegahan dan penanganan sayuran apabila terkena hama, dan informasi penting lainnya. Kurangnya informasi akan hal ini bisa menyebabkan gagal panen, oleh karenanya selalu belajar itu perlu.
Namun hal tersebut tidak perlu menjadi alasan untuk mengurungkan niat menjadi petani, karena dengan modal yang sedikit, lahan yang sempit, kita bisa memperoleh keuntungan dari penjualan sayuran yang kita tanam. Keuntungan bisa berlipat ganda jika sayuran organik yang kita panen dikelola atau dimasak menjadi makanan siap saji. Kini tidak hanya di daerah perdesaan, namun masyarakat kota juga bisa menjual makanan sehat kekinian yang kini banyak di gandrungi.
Berbekalkan packaging yang lucu dan menarik, kita bisa menawarkan menu makanan sehat untuk kemudian di daftarkan pada aplikasi penyedia jasa antar makanan seperti GrabFood, Go-Food dan lain-lainnya. Supaya produk kita lebih “terkenal”.
Nah itu tadi beberapa informasi mengenai bagaimana menjadi petani di jaman modern beserta motivasi untuk kembali mencitai dunia pertanian yang mungkin dapat menjadi inspirasi. Karena kalau bukan kita yang bertani, mau makan pake apa nanti?
Kabar dari desa | Membaca kampung halaman