Opini, daridesa.com – Beberapa bulan yang lalu dunia sedang digemparkan dengan munculnya virus Corona atau Covid-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, China yang menyebar ke hampir seluruh negara yang ada di dunia dan Covid-19 masuk ke Indonesia pada bulan maret. Covid-19 ini ditetapkan sebagai pandemi karena penyebarannya yang sangat cepat dan ke seluruh dunia. Hampir semua sektor kehidupan berhenti sejenak karena adanya pandemi ini. Hampir semua negara mengalami permaslahan perekonomian karena berhentinya sektor-sektor lainnya.
Di Indonesia pariwisata yang dianggap sebagai penyumbang pendapatan terbesar kedua harus terpaksa ditutup. Pariwisata dianggap sebagai klaster pertama yang menyebabkan penyebaran Covid-19 dengan dibuktikan adanya kasus pertama yang terkonfirmasi di Indonesia. Berhentinya sektor pariwiata berakibat pada berkurangnya pendapatan negara.
Pandemi yang berlangsung lama menyebabkan terhentinya semua sektor yang akan menimbulkan masalah baru terutama pada sektor perekonomian. Berjalannya waktu kini dunia memasuki masa new normal yaitu hidup berdampingan dengan Covid-19. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menekan peningkatan jumlah pasien yang terpapar Covid-19 dengan memberikan edukasi tentang Covid-19, menerapkan kebijakan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga Jarak).
Di sisi lain, untuk mengatasi terhentinya di berbagai sektor pemerintah menetukan new normal untuk memulihkan keadaan di masa pandemi. Dalam new normal ini semua sektor mulai dibuka tak terkecuali sektor pariwisata tetapi tetap wajib mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Dibukanya Pariwisata bertujuan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, mengingat pariwisata menyumbang pendapatan yang sangat besar bagi negara. Pariwisata yang boleh dibuka harus memenuhi standar sesuai yang ditetapkan pemerintah. Warga lokal yang perekonomiannya bergantung kepada sektor pariwisata akan mulai kembali bekerja sehingga perputaran uang dapat terjadi dan dapat membantu perputaran perekonomian negara.
New normal memberikan warna baru pada kehidupan di sektor pariwisata. Pihak pemerintah dan pengelola pariwisata berupaya untuk menciptakan pariwisata yang aman untuk dikunjungi dengan harapan semua pihak memperoleh feedback positif.
New normal ini memberikan batasan gerak atau mobilitas manusia dalam melakukan kegiatan. Di tengah pandemi yang mengakibatkan kondsi perekonomian menurun, sektor pariwisata turut aktif dalam membantu permasalahan ini untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di masa new normal. Hal ini terlihat dari new normal tourism yang sudah ditetapkan di beberapa tempat dengan menaati protokol kesehatan yang berlaku sesuai dengan Keputusan Mentri 02/KB/2020 dan KB/1/UM.04.00/MK/20 yang disahkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. New normal tourism berfokus pada wisatawan lokal karena untuk mengurangi jumlah wisatawan, mencegah kerumunan dan tetap menaati protokol kesehatan. Beberapa destinasi wisata yang telah dibuka tentunya harus mematuhi protokol kesehatan dan juga membatasi jumlah pengunjung yang datang.
Dari data tersebut diketahui bahwa pandemi Covid-19 ini sangat mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung. Tahun 2020 ini jumlah wisatawan berkurang drastis dari tahun sebelumnya yang menyebabkan pendapatan di sektor pariwisata menurun drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Trading Economi menunjukan bahwa pendapatan pariwisata Indonesia turun menjadi US$ 88,43 juta. Berdasarkan laporan Direktur Kajian Strategis Kemparekraf RI, dampak pandemi Covid-19 dalam industri pariwisata dan ekonomi kreatif yaitu menurunnya pendapatan hingga US$ 910-1.200 Milliar serta jumlah pengunjung wisatawan internasional mengalami penurunan sebanyak 85 juta sampai 1,1 miliar atau sekitar -58% sampai 78%.
Seperti yang kita ketahui bahwa new normal tourism ini diartikan sebagai kegiatan pariwisata dengan beradaptasi dengan kehidupan masa pandemi Covid-19. New normal tourism memberikan dampak terhadap perekonomian yaitu dengan inovas-inovasi terbaru. Inovasi yang tawarkan yaitu seperti solo travel yang pastinya secara tidak langsung dapat mengurangi kerumunan tetapi pariwisata tetap berjalan.
Selain itu, di zaman secanggih ini tidak dapat dipungkiri bahwa hampir seluruh manusia menggunakan teknologi, sehingga pariwisata memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan membuat inovasi virtual tourism yang mana semua orang dapat menikmani perjalanan dan berwisata serta dapat membeli souvenir yang tersedia di destinasi tersebut tanpa mendatangi destinasi tersebut.
Dengan adanya new normal tourism memberikan mobilitas pada pariwisata yang mampu memberikan dampak perekonomian negara. New normal tourism seharusnya dapat ditetapkan di seluruh destinasi wisata di Indonesia dengan menetapkan protokol kesehatan serta mengurangi jumlah kunjungan menjadi 50% atau dapat menyesuaikan dengan kondisi daerah sekitar pada destinasi wisata tersebut untuk setiap harinya demi meningkatkan pendapatan negara.
Dibukanya pariwisata pastinya untuk tujuan stabilisasi perekonomian sehingga pemerintah, pihak pengelola pariwisata serta masyarakat harus perperan aktif serta harus bekerja sama dan selaras dalam mencapai tujuan tersebut. Jika kolaborasi tiga elemen tersebut dapat terorganisir maka stabilisasi ekonomi akan tercapai dan perekonomian pun meningkat sehingga ketahanan ekonomi negara dapat terlaksana dan terwujud.
Penulis: Nawang Taufika, Mahasiswa Bisnis Perjalanan Wisata Universitas Gadjah Mada
Berita dari desa | Membaca kampung halaman