Opini, daridesa.com – Perhelatan akbar dalam rangka merebutkan kursi Kepala Desa adalah salah satu wahana pembelajaran politik yang sangat berharga bagi kita. dunia perpolitikan kelas pedesaan merupakan kontestasi politik yang sesungguhnya. Sebab, antara calon dan pemilih berkomunikasi secara langsung. Bahkan tindak-tanduk calon itupun sudah dikenali oleh masyarakat yang akan memilihnya dengan baik. Bisa dikatakan bahwa demokrasi sebetulnya ada di desa. Aroma pemilu pun sangat terasa jika Pilkades akan berlangsung.
Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) adalah Proses Demokrasi di Tingkatan Paling kecil dengan Potensi Gesekan yang Besar. Mengapa demikian? Karena jumlah ruang lingkup pemilih yang kecil membuat politik di desa sangat terasa secara langsung. Maka dari itu, obrolan-obrolan di sebuah tongkrongan warung kopi dengan tetangga pun mesti berhati-hati. Jangan sampai menyakiti dan menyinggung calon kepala desa pilihan hati tetangga, karena bisa baper berlebihan.
Anak muda di desa tidak boleh dipandang sebelah mata, sebab tidak sedikit orang-orang hebat lahir dari desa, karena di desalah mereka diperkenalkan moral, mental, ahlak dan jiwa ke-Indonesia’an yang sesunguhnya. Di desalah arti kesederhanaan, kebersamaan, gotong royong, tenggang rasa, saling menghargai satu sama lain, masih terasa ada.
Dalam hal ini pemuda memiliki masa depan yang emas, tapi bagaimana mereka dalam mengemasnya. Generasi muda adalah bagian masyarakat yang potensial dalam membangun suatu perubahan. Sejarah membuktikan bahwa kehadiran dari Gerakan yang diprakarsai oleh golongan muda, sangat berpengaruh dan memiliki perubahan yang besar.
Kini saatnya Generasi muda ambil bagian dalam perhelatan demokrasi Desa, ambil peranan yang penting dalam menentukan arah masa depan desa. muda adalah potensi. Bonus demografi harus bermula dari desa. tentu dengan kolaburasi positif antara generasi muda dan sepuh. Untuk menentukan kemana arah mata angin pembangunan di desa, baik secara ekonominya, pelayanannya, gotong royongnya, dan pembangunan lain sebagainya.
Namun, tidak banyak anak muda yang sadar dalam hal demikian. Keadaan ekonomi membuat Sebagian anak muda yang hanya mengejar keuntungan pribadi saat Pilkades, tanpa menimbang apa dampak dari yang telah di lakukannya itu dimasa yang akan datang. Lagi, kita benar-benar tidak menyadari bahwa banyak yang harus diperbaiki di dalam sebuah pedesaan agar hidup dan ruang lingkup demografinya menjadi lebih baik lagi.
Potensi di sebuah pedesaan sangat banyak jika masyarakat terkhusus anak mudanya sadar dan bisa menata ekosisitem, serta mengelola potensi yang memiliki nilai ekonomi yang jelas di desa tersebut. Apalagi pemerintah hari ini sangat mengunggulkan desa, membangunnya dari berbagai sektor, dan yang paling kita tau dari semua itu adalah adanya dana desa atau Badan Usaha Milik Desa (BumDes).
Pemuda dalam pusaran politik pada saat perhelatan Pilkades, harus benar-benar teliti dalam memilih calon pemimpin di desanya, harus selektif, jangan terfokus kepada siapa yang akan memberi uang dengan jumlah paling besar. Karena untuk membentuk desa maju, desa wisata, desa ekonomi, desa digital, dll. Adalah bentuk dari inovasi dan kreativitas pemimpin desa yang terpilih nanti, serta di bantu dengan masyarakatnya yang mendukung, anak muda yang aktif dan turut serta menuangkan ide yang kekinian.
Semoga kita menjadi orang yang tinggal di Desa, rezeki Kota, bisnis mendunia. Dan, Kampung halaman adalah rumah kita, sepahit apapun omongan tetangga, sepelik apapun lingkungan kita, seberapapun banyaknya orang yang selalu membicarakan baik buruknya kita, kampung halaman adalah rumah ternyaman dalam hidup. Yang selalu mengajak kita untuk pulang, dan Kembali membaca kampung halaman.
Penulis: Hadi Albulaqi, (Founder Kopel, Ketua Yayasan Media Pena Lensa Kreatif, Pengasuh Pondok Kreatif Alkopeliyah dan Gerakan Bangga Dari Desa)
Berita dari desa | Membaca kampung halaman