Daridesa.com | Desa – Desa wisata baik yang sudah berkembang maupun desa yang akan dikembangkan menuju desa wisata perlu memahami ciri-ciri fisiknya agar dapat memahami pada tipe apa desa wisata itu berkembang. Kedua tipe Desa Wisata ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga akan lebih baik jika dipersiapkan semenjak dini untuk menghindari dampaknya.
Kedua tipe Desa Wisata tersebut terbagi menjadi dua berdasarkan pola, proses, hingga tipe pengelola dari Desa Wisata di Indonesia.
Tipe Terstruktur atau Enclave
Tipe Desa Wisata yang pertama adalah tipe terstruktur atau dalam bahasa Inggris disebut Enclave. Tipe ini memiliki dua ciri utama yakni lahan yang terbatas serta lokasinya yang berada jauh dari pemukiman warga meskipun masih dalam wilayah desa yag sama. Berikut penjelasannya secara lebih terinci.
Untuk tipe Desa Wisata terstruktur atau enclave memang memiliki ciri luas wilayah yang tidak terlalu besar atau dalam hal ini terbatas. Karena luas lahan yang terbatas inilah maka pengembangan dari tipe ini lebih menekankan pada citra serta infrastruktur didalamnya. Dengan pembangunan serta pengembangan ini diharapkan mampu menjadi promosi yang baik.
Selain luas wilayah yang terbatas, ciri lainnya dari tipe Desa Wisata terstruktur adalah lokasi wisata terpisah dari pemukiman warga. Hal ini bisa menjadi nilai lebih dari tipe terstruktur yakni perubahan sosial baik adat maupun budaya dalam desa bisa terdeteksi lebih awal sehingga tidak memberikan dampak buruk bagi kelestarian adat atau budaya desa.
Beberapa contoh dari tipe Desa Wisata terstruktur adalah seperti Desa WIsata Nusa Dua Bali, beberapa lokasi wisata di Lombok, Posong dan beberapa lainnya. Selama dalam lokasi wisata, anda tidak akan menemui aktifitas keseharian warga secara umum.
Tipe Terbuka atau Spontaneous
Tipe Desa Wisata yang kedua adalah Tipe Terbuka atau spontaneous. Untuk tipe ini, ada beberapa ciri yang berlawanan dengan tipe terstruktur namun juga ada ciri yang mana tidak ditemui dalam tipe sebelumnya. Berikut ulasan mengenai ciri dari tipe terbuka.
Untuk tipe Desa Wisata Tipe Terbuka dari hal luas wilayah tidaklah terbatas. Luas wilayah ini bisa berkembang atau terpotong dan bersambung dengan wilayah lainnya.
Oleh karena itulah pembangunan infrastruktur yang tepat untuk tipe ini adalah lebih pada infrastruktur yang menjadi nadi seperti kualitas jalan, kelancaran air bersih dan lain-lainnya.
Ciri selanjutnya untuk tipe Desa Wisata Terbuka adalah lokasi wisatanya yang menyatu dengan pemukiman warga. Hal ini memiliki kelebihan seperti andalan wisata yang ditawarkan tidak melulu seputar wisata alam saja, melainkan bisa seperti produk budaya, adat istiadat, karya seni, dan lainnya. Dengan demikian, warga berpartisipasi langsung dengan Desa Wisatanya.
Beberapa contoh dari tipe Desa Wisata Terbuka adalah seperti Prawirotaman di Jogjakarta atau Desa Adat Waerebo di Nusa Tenggara Timur. Di kedua Desa Wisata tersebut, pengunjung bisa melihat langsung aktifitas dan keseharian warga.
Seperti di Prawirotaman, pengunjung bisa melihat bangunan asli jaman keraton sedangkan di Waerebo Anda bisa melihat keseharian warga memproses kopi.
Itulah kedua tipe Desa Wisata yang harus dipahami untuk mengetahui kelebihan dan juga kekurangan dari setiap tipenya. Tujuannya tentu saja untuk meminimalisir dampak negatif yang diakibatkan oleh kekurangan dari tipe tertentu. Dengan demikian, dampak positif sajalah yang dirasakan oleh warga desa dan pengembangan desa wisata dapat semakin maju kedepannya. (Red)