Daridesa.com, Purwakarta – Pahlawan yang memiliki jasa besar terhadap pembanguan Purwakarta di masa silam. Beliau adalah Ir. H. Djuanda Kartawidjadja yang merupakan sosok pahlawan nasional asal bumi Pasundan dan berjasa besar dalam pembangunan Bendungan Jatiluhur, Purwakarta. Jawa Barat.
Ir. H. Djuanda sendiri adalah kelahiran Tasikmalaya. Beliau adalah Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin kabinet Karya (1957 – 1959). Ir H Djuanda Kartawidjaja, lulusan Technische Hogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) – sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB).
Setelah lulus dia memilih mengabdi di tengah masyarakat dengan mengajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta dengan gaji seadanya. Padahal, kala itu dia ditawari menjadi asisten dosen di Technische Hogeschool dengan gaji lebih besar.
Himgga menjabat menteri di antaranya Menteri Perhubungan, Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan. Beliau bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum internasional yang menghabiskan biaya besar.
Pada kunjungan terakhirnya Ir. Soekarno menyampaikan perintah untuk menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatiluhur pada akhir April 1966, namun tidak terlaksana karena pemberontakkan G 30 S PKI.
Peresmian Bendungan Ir. H. Djuanda sendiri dilakukan oleh Presiden RI Kedua Jenderal Soeharto pada tanggal 26 Agustus 1967. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan Bendungan Ir. H. Djuanda hingga selesai adalah US$ 230 juta. Biaya ini meliputi biaya dalam bentuk dolar dan rupiah.
Untuk mengenang jasa Ir. H. Djuanda (nama lengkap Ir. H. R. Djoeanda Kartawidjaja) dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan Jatiluhur, bendungan ini dinamakan secara resmi Bendungan Ir. H. Djuanda
Saat ini, bendungan Ir. H. Djuanda menjadi salah satu objek wisata yang ada di Purwakarta dan menjadi kebanggaan masyarakat Purwakarta dengan berbagai daya tarik, baik pesona keindahan alam maupun kuliner ikan air tawarnya yang mengundang wisatawan untuk berkunjung ke Purwakarta. (Red)
Berita dari desa – Membaca kampung halaman