Daridesa.com | Purwakarta – Bungursari merupakan nama salah satu kecamatan di kabupaten Purwakarta yang terkenal dengan Sate Maranggi serta Tajug Gede, tapi tahukah sejarah dan toponimi Bungursari?
Keberadaan Bungursari tidak dapat dipisahkan dari sejarah desa Cibungur yg diperkirakan mulai berdiri pada abad ke 17 dijaman kerajaan Sumedang Larang yang dipimpin oleh Pangeran Rangga Gede dibawah kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung.
Nama Cibungur berasal dari dua unsur yaitu air dan tumbuhan, Ci = cai (Air; bahasa indonesia), Bungur = ohon Bungur, diambil dari sebuah tempat dipinggiran hutan dan rawa – rawa yang terdapat sebuah sumber mata air (masyarakat menyebutnya “Ciburial” dan terdapat banyak pohon bungur, dengan kata lain Cibungur adalah yang berarti “air bungur”.
Asal usul penduduk Cibungur pun kemungkinan besar berkaitan dengan adanya patilasan makom Mbah Jelom yg diyakini sebagai salah satu panglima perang pasukan Mataram. Setelah, pasukan Sumedang Larang dan Mataram melakukan penyerangan terhadap tentara VOC Belanda di Batavia (Jakarta) pada tahun 1628 M – 1629 M, tetapi penyerangan yang dilakukan secara berkali – kali tersebut selalu dipukul mundur oleh tentara VOC Kolonial Belanda. Hingga membuat para pasukan mundur ke utara jawa termasuk ke daerah Cibungur sampai akhirnya menetap.
Pada jaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1912 tercatat secara administratif Desa Cibungur mempunyai luas wilayah + 2.602.300 Ha, meliputi 4 kampung yaitu Dangdeur, Wanakerta, Cinangka, dan Bungursari dengan dipimpin oleh lurah pertama bernama Wanadipura.
Kini, Bungursari telah bertransformasi menjadi wilayah yang ramai di Purwakarta. Terlebih, hadirnya Mall STS, kawasan industri BIC, pintu tol Kopo dan kuliner Sate Maranggi Hj.Yetti. (UP/Red)
DARI DESA | MEMBACA KAMPUNG HALAMAN