Otomotif | Daridesa.com – Sistem pelumasan pada mesin kendaraan menjadi aspek vital karena menyangkut banyak hal terutama performa sebuah mesin. Salah memakai oli, kendaraan Anda akan terasa tidak bertenaga dan dalam jangka panjang dapat merusak mesin. Wah ngeri banget kan ?
Jika diperhatikan, setiap oli mesin mempunyai beragam kode di kemasannya dan ini digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan oli yang cocok untuk mesin yang digunakan.
Dikutip dari buku Elemen Mesin, Ada dua kode internasional yang umum digunakan pada setiap produsen oli. Kedua kode tersebut adalah SAE (Society of Automotive Engineers) dan API (American Petrolium Institute). SAE merupakan badan internasional yang menjelaskan kekentalan oli.
Hal ini berpengaruh pada saat pengaliran minyak pelumas serta ketahanannya di suhu udara. Kode pada SAE juga menunjukkan kemampuan suatu oli dalam menjaga stabilitas kekentalan terhadap pengaruh suhu mesin dan lingkungan baik itu dingin atau panas
Jika angka indeks SAE kecil artinya oli semakin cair. Sehingga kemungkinan oli untuk membeku atau mengeras pada suhu rendah semakin kecil.
Ini berguna ketika mesin mobil dinyalakan pada suhu dingin, misalnya saat musim salju di negara-negara Eropa atau Amerika. Pada oli mesin mobil biasanya diikuti huruf W singkatan dari winter (musim dingin) yang artinya penggunaan oli tersebut bisa sampai “minus” -20 derajat celcius. Misalnya SAE 5W, SAE 10W atau SAE 20W.
Namun oli tidak hanya harus bekerja dengan baik saat dinyalakan suhu mesin masih dingin, tapi juga ketika mesin bekerja. Umumnya oli yang digunakan ialah multigrade di mana kekentalannya menyesuaikan pada rentang temperatur mesin. Ini bisa dilihat angka yang mengikuti dibelakangnya. Seperti SAE 10W-40, berarti pada suhu rendah (dingin) memiliki sifat seperti oli SAE 10W. Begitu suhu mesin lebih dari 60° Celcius, kekentalannya berubah jadi 40
Semakin rendah suhu udara di luar maka mobil membutuhkan oli yang lebih cair dengan kode 0W atau 5W. Namun semakin panas cuaca maka dibutuhkan oli dengan tingkat kekentalan lebih tinggi seperti 15W-30. Pemakaian kekentalan oli yang tidak sesuai dengan suhu negara bisa menyebabkan kinerja oli tidak maksimal. Misalnya, oli SAE 5W-40 digunakan di Indonesia sebagai negara tropis, maka oli akan sangat cair dan sulit melakukan lubrikasi dengan baik.
Oli yang memiliki kekentalan yang lebih juga sering digunakan untuk melumasi komponen komponen yang memiliki putaran yang cepat seperti pada bearing dan roda gigi, biasanya menggunakan Grease atau lebih dikenal dengan stempert.
Selain kode SAE, juga terdapat kode API. Perlu diperhatikan bahwa oli mesin dengan diesel mempunyai kode API yang berbeda. Pada mesin bensin umumnya dimulai dengan huruf “S”, sementara diesel huruf “C”.
Setelah huruf tersebut diikuti dengan huruf kedua sesuai abjad. Misal SA, SB, SC, SD, SE dan seterusnya. Huruf kedua tersebut bisa diartikan untuk mesin mobil yang lebih modern. Adapun standarisasi API ini juga disesuaikan dengan perkembangan jenis mesin mobil. Umumnya semakin tinggi huruf kedua akan menunjukkan spesifikasi yang lebih tinggi.
Selain SAE dan API, ada juga istilah dalam istilah pelumas mesin yaitu ILSAC (International Lubricant Standardization and Approval Committee) yang terlihat dengan kode SN yang menunjukan standarisasi API, sementara GF-5 yang merupakan kode yang menunjukan telah uji standarisasi dari ILSAC.