Opini, Daridesa.com – Sembilan bulan sudah pandemi covid-19 melanda Indonesia, dan sampai saat ini belum kunjung usai. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan ekonomi Indonesia dan secara langsung terkena dampak dari pandemi Covid-19. Bagaimana tidak, seluruh destinasi wisata di Indonesia ditutup untuk mencegah penularan virus Covid-19 ini. Apakah semua ini akan terus terjadi? Lalu bagaimana dengan ekonomi masyarakat yang bergantung pada pariwisata?
Saat ini, era new normal telah diterapkan oleh pemerintah guna menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Kita tidak mungkin akan berdiam diri saja di rumah tanpa melakukan sesuatu. Perekonomian harus terus berjalan meskipun pandemi masih berlangsung. Terobosan baru hendaknya dihadirkan untuk keberlangsungan hidup bersama. Terkhusus pada sektor pariwisata, terdapat beberapa wilayah yang telah membuka kembali destinasi wisatanya agar dapat hidup kembali namun dengan figure yang berbeda.
Gagasan untuk membuka kembali sektor pariwisata dengan kebijakan-kebijakan baru merupakan salah satu inovasi yang dapat dijalankan. Saat ini terdapat beberapa kebijakan yang diterapkan pada destinasi wisata, yaitu penerapan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak). Namun, tidak cukup jika hanya kebijakan ini yang diterapkan, karena pada kenyataannya masih terdapat beberapa wisatawan yang menggerombol dan bahkan tidak menerapkan 3M tersebut.
Ada baiknya jika ditambah lagi beberapa kebijakan baru, seperti hanya wisatawan lokal dan domestik saja yang boleh masuk ke destinasi wisata, mengatur jumlah kunjungan wisatawan dengan cara pembatasan tiket masuk serta penentuan jam untuk masuk ke destinasi wisata, penyediaan tiket secara online, dan pemasaran daerah-daerah lain misalnya dengan mengatur wisatawan dalam menjelajahi destinasi wisata untuk melihat beberapa objek wisata lain yang ada di dalamnya.
Selain itu, virtual tur juga dapat diterapkan pada sebuah destinasi wisata. Wisatawan dapat berjalan-jalan dan melihat sebuah destinasi wisata tanpa harus keluar rumah. Mereka bisa menggunakan media sosial seperti youtube atau aplikasi yang telah disediakan oleh destinasi wisata tersebut. Virtual tur ini lebih mudah dilakukan dan lebih aman serta dapat menjadi alternatif untuk mereka yang ingin melihat dunia luar tetapi tidak mampu untuk melakukannya.
Gagasan ini diterapkan dengan maksud agar roda perekonomian tetap berjalan lancar dan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Hal ini juga bertujuan agar sektor pariwisata terus berjalan tanpa melahirkan rantai penyebaran Covid-19. Telah diketahui bahwa sektor pariwisata memberikan pengaruh besar terhadap ekonomi negara dan masyarakat, untuk itu pariwisata harus terus berjalan meskipun di tengah pandemi seperti saat ini.
Dilansir dari wisata.harianjogja.com, empat desa wisata di Kabupaten Kulon Progo dibuka kembali dengan penerapan protokol kesehatan dan beberapa kebijakan baru tekait dengan keselamatan wisatawan di masa pandemi Covid-19. Dari kutipan tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata mulai hidup kembali setelah sekian bulan terpuruk.
Adanya gagasan ini mampu memberikan keuntungan bagi negara dan masyarakat, seperti pendapatan yang mulai kembali normal, roda perekonomian yang kembali membaik, serta terbukanya kembali lapangan pekerjaan pada sektor pariwisata. Akan tetapi, jika gagasan ini tidak dijalankan dengan baik dan benar maka akan memberikan pengaruh buruk yaitu memperluas penularan virus Covid-19.
Untuk itu, demi keselamatan perekonomian negara dan masyarakat serta keselamatan wisatawan, gagasan tersebut hendaknya diterapkan sebaik mungkin dan sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Dengan perwujudan gagasan yang sesuai dengan kebijakan, maka ekonomi tetap berjalan lancar dan wisatawan tetap terjaga dengan aman.
Penulis : Nur Fauziah, Mahasiswi Bisnis Perjalanan Wisata, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Berita dari desa | Membaca kampung halaman