Daridesa.com, Esai – Babak baru Sastra Purwakarta akan dimulai, Kata Iqbal Amarullah. Dari esai yang beliau tulis, bertajuk “Babak baru; Sastra Purwakarta Mau Gitu-gitu Aja?”. Salah satu kalimat yang saya kagumi dari tulisan pada esai-nya itu berbunyi, “Dengan hadirnya Komunitas Sebul, menandakan babak baru akan dimulai!”. Hahaha! Aamiin…
Sebul??? Heranku, Meski belum kenal dan belum pernah melihat ujung upil pada hidungnya, saya berani katakan mereka adalah Komunitas literasi yang Segar dan Pemberani.
Keberaniannya seperti serial animasi India yang kerap tayang di Televisi, “Jangan Panggil Aku Anak Kecil Paman!” Aku sebul! Namaku adalah Sebul! Kalau Berani Ayo Lawan Aku! Begitu kira-kira, pedenya~
Purwakarta memang sangat butuh generasi figure pemuda yang konsen di dunia Literasi seperti beliau “Sang Amerisme”. Ya kalau seperti Bah Ayi Kurnia, Kang Feryy Curtis, Kang Budi Sabarudin, Kang Rudy Aliruda, Kang Ali Novel, Wak Farid, Ceu Riani, Ceu Yayu, Wak Budi, Wak Gode Tamsyah, Kang Aleh Dan segudang manusia yang saya anggap guru dan tokoh, Penggerak dan Pengayom Literasi di Purwakarta ini, sangat sudah berupaya dan berdaya banyak, Atuuuh! Tinggal kita-kitauen.
Bak seperti sedang asyik makan mie soto di Mang Ohim, dan tersiram air josu oleh pengunjung yang lain. Saya akan berbisik kalau sudah terusik. Yaa meski dengan cara persuasive. Sebab, sepertinya jika nanti bertemu, saya harus menyium tangannya bolak-balik untuk menemukan jawaban, kenapa ‘Kopel‘ harus diubah menjadi ‘Kol‘, saja. Cuitan yang sangat syahduuu! Memang sudah seharusnya bertemu dan mengawali tabayun lebih dahulu kepada guru besar ini.
Berdiri sejak 2016, selama 5 tahun Kopel memiliki Studio Bertempat di Jl. Kolonel Rahmat, RT.001/RW.007, Tegalmunjul, Kec. Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat 41116. Sengaja ditulis lengkap, siapa tau sedang habis bensin, bisa mampir dimari. Hehe…
Kalau kamu jatuh cinta, dan ingin banyak tau tentang orang yang kamu cintai, ya sowan ke orang tuanya! Jangan nyari tau dari tetangganya, kadang tetangga suka gitu.
Kalau kita larikan ke pembahasan, dalam menanggapi esai yang getek itu. Jadi coba sowan dulu aja, silaturahmi, cari tau visi misi literasi yang di bawa si Kopel ini mengarah kemana, dan akan berlabuh dimana.
Melihat perjalanan Kopel bertahun-tahun kebelakang, teman-teman yang tergabung pada Kopel ini memiliki peninggalan amal dan mewarisi banyak hal baik di berbagai komunitas, kelompok pemuda dan ruang yang sudah disusun secara konsisten bersama-sama. Bukan hanya bertepi membawa visi Literasi, juga pemberdayaan!
“Sudah tentu mereka (Kopel) tidak meulis”. Lagi, kata Iqbal Amarullah dalam esainya. Yang ga tau aing juga, numana sih iyeu teh jalmi bageurna?
Menulis ya menulis saja, lakukan pekerjaan-pekerjaan mulia ini dengan ruang riang yang sudah dibangun. Selagi tujuannya sama, lebih baik bergerak di berbagai ruang yang belum terisi. Karena berharap untuk mewujudkan masa keemasan litersi di Purwakarta, kamu tidak akan bisa bergerak sendiri. Apalagi tebak-tebakan menanggapi nasib orang lain.
Ohiya! Btw, 13 Komunitas yang dia sebut sepertinya juga tidak saling meng-Eksluifkan diri, masing-masing terbuka. kerap berkolaborasi. Hanya saja, mungkin maha guru Iqbal ini terlalu lama duduk dalam singgahsana pertapaan.
Kekosongan dalam gerakan litersi juga, sepertinya prediksi yang NIHIL ! mungkin karena faktor Sang Amerisme yang kelamaan bertapa juga, jadi tida tau bagaimana serunya yang sedang terjadi hari ini, mengenai budaya umpan silang karya, antar komunitas literasi, Kota dan Desa.
Bagi kalian yang bertemu dengan Komunitas Sebul ini kelak, jangan lupa minta ajarkan menulis dan tips asik membaca buku.
Eh iya, jangan lupa juga beli baju nya! Karena senjata utama Sebul ini dalam memulai babak baru masa keemasan Literasi di Purwakarta, dengan berjualan Baju!
Omat Sebul! tetap harus “Seputar Budaya Literasi” jangan sampe pindah haluan menjadi “Seputar Baju Literasi”. bukanya lapak buku, malah lapak baju. hahay deuh!
Beli bajunya disini, klik aja.
Berita dari desa | Membaca Kampung Halaman