Bukan Tidak Percaya, Tapi Hanya Ragu

Bukan Tidak Percaya, Tapi Hanya Ragu

Opini – Hidup di Indonesia hari ini bukan perkara mudah. Banyak rakyat kecil yang berjuang setiap hari bukan hanya untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk bertahan dalam sistem yang sering kali membuat mereka merasa asing di negeri sendiri. Ketika birokrasi begitu rumit, regulasi begitu panjang dan tidak pasti, maka kepercayaan publik pelan-pelan luntur, bukan karena ingin membangkang, tetapi karena realita tak memberi ruang untuk percaya sepenuhnya.

Betapa sering masyarakat mendapati diri mereka terjebak dalam tumpukan dokumen dan prosedur yang tak jelas ujungnya. Seolah ada tembok tak kasat mata antara warga dengan negara. Harapan untuk mendapatkan layanan yang adil dan cepat menjadi ilusi. Birokrasi menjadi labirin yang melelahkan, dan di dalamnya, rasa ragu mulai tumbuh. Ragu bahwa sistem benar-benar bekerja untuk rakyat.

Lebih parah lagi, kondisi keamanan juga sering dipertanyakan. Premanisme masih meresahkan di banyak daerah. Namun, tindakan aparat sering kali terlihat lambat, tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Mekanisme hukum tak menunjukkan konsistensi. Rasa aman, yang seharusnya menjadi hak dasar warga negara, menjadi barang mewah yang tidak semua orang bisa rasakan. Maka timbul pertanyaan: jika terjadi sesuatu, siapa yang bisa diandalkan?

Masalah tidak berhenti di sana. Kita menghadapi krisis literasi yang mengkhawatirkan. Survei demi survei menunjukkan masih tingginya angka siswa yang kesulitan membaca dan berhitung. Di tengah dunia yang makin kompetitif, kita justru tertinggal dalam hal paling mendasar: pendidikan. Ironisnya, kita hidup di era di mana informasi berlimpah, tetapi pemahaman dasar terhadap pengetahuan masih minim.

Sementara itu, dunia berada dalam pusaran konflik. Amerika Serikat dan Tiongkok berlomba pengaruh. India dan Pakistan terus bersitegang. Rusia dan Ukraina masih terjebak perang berkepanjangan. Bahkan, kejahatan perang di Palestina seperti dibiarkan tanpa konsekuensi. Indonesia, di tengah semua itu, tampak diam. Kita tidak berada dalam posisi diplomatik yang berarti, bahkan tidak punya kekuatan untuk mengambil peran. Lalu, jika suatu saat konflik global meluas, apakah kita siap?

Pertahanan negara pun menjadi sorotan. Di saat ketegangan geopolitik meningkat, TNI justru disibukkan dengan tugas-tugas non-militer, seperti bertani dan pembangunan infrastruktur. Di mana waktu untuk latihan tempur? Di mana kesiapan menghadapi ancaman yang semakin nyata?

Tak kalah pelik adalah kondisi ekonomi yang serba tidak pasti. Kebijakan kerap berubah tanpa kejelasan arah. Harga-harga naik, lapangan kerja minim, dan banyak usaha rakyat yang tumbang perlahan. Ekonomi rakyat yang seharusnya menjadi fokus justru tampak terabaikan oleh kebijakan yang tak menyentuh akar persoalan.

Semua ini tidak berarti bahwa rakyat sudah kehilangan harapan. Tetapi keraguan semakin nyata. Ini bukan bentuk kebencian pada negeri. Ini juga bukan pembangkangan. Ini adalah kegelisahan yang muncul dari cinta pada tanah air, karena ingin Indonesia lebih baik, lebih adil, dan lebih siap menghadapi masa depan.

Rakyat tidak butuh janji. Mereka butuh tindakan nyata. Karena pada akhirnya, bukan tidak percaya pada negeri ini, tapi hanya ragu dan keraguan yang dibiarkan terlalu lama, bisa berubah menjadi kehilangan arah.

Penulis : Dzikri Abazis Subekti, adalah akademisi dan aktivis sosial berdomisili di Kabupaten Purwakarta

ARTIKEL TERKAIT
Dzikr Abazis Subekti Sayangkan Aksi Pengeroyokan Seorang Nenek di Cianjur

Dzikr Abazis Subekti Sayangkan Aksi Pengeroyokan Seorang Nenek di Cianjur

Cimahi Future Squad: Wadah Inovatif bagi Milenial dan Gen Z untuk Berkembang dan Berkontribusi

Cimahi Future Squad: Wadah Inovatif bagi Milenial dan Gen Z untuk Berkembang dan Berkontribusi

Semarak Hari Kemerdekaan di Desa Pakuhaji: “RIUNG KOLABORASI” Menghidupkan Kebersamaan dan Kreativitas Warga

Semarak Hari Kemerdekaan di Desa Pakuhaji: “RIUNG KOLABORASI” Menghidupkan Kebersamaan dan Kreativitas Warga

Panggilan Bunuh Diri

Panggilan Bunuh Diri

Ketimpangan Kekuasaan: Memahami Realitas Politik di Desa-Desa Indonesia

Ketimpangan Kekuasaan: Memahami Realitas Politik di Desa-Desa Indonesia

Destinasi Wisata dan Produk Ekonomi Kreatif Purwakarta Solusi Isi Liburan Lebaran 2024

Destinasi Wisata dan Produk Ekonomi Kreatif Purwakarta Solusi Isi Liburan Lebaran 2024