Refleksi Tujuan PMII

Refleksi Tujuan PMII

Jurnal Warga, daridesa.com – Mengingat kelahiran ketua pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) H. Mahbub Djunaidi Bin KH. Moch Djunaidi lahir pada tanggal 27 Juli 1933, sebelum kita melanjutkan bacaan ini alangkah baiknya kita luangkan waktu sebentar untuk membaca al-fatihah kepada beliau, khushuushon ilaa ruhii H. Mahbub Djunaidi Bin KH. Moch Djunaidi Allahumagfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu’anhu, lahul faatihah…….

Mari kita renungkan bersama sama apakah tujuan PMII sudah tercapai yang sesuai dengan harapan para faunding father kita, pada anggota/kader kita selama ini?. Setidaknya tujuan tersebut yang tercitrakan dalam kader ulul albab mampu menginternalisasi pola berfikir dan bertindak kita sebagai seorang warga pergerakan. Ironis ketika melihat realitas yang terjadi ditingkatan anggota/kader yang paling bawah naungan setingkatan lembaga rayon/komisariat saat ini, ternyata kenyataan yang ada sangat jauh dari harapan tujuan PMII itu sendiri.

Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, masih sangat jauh harapan yang ada. Nuansa religi yang seharusnya menjadi atmosfer berorganisasi hanya menjadi isapan jempol belaka, ditambah lagi dengan prilaku yang ditunjukan selama ini masih jauh dari nuansa keislaman yang ada. Malah sempat terlontar dari tokoh NU bahwa PMII itu adalah “Anak Nakal” yang pernah terlahir dari rahim organisasi masyarakat (ormas) terbesar di negri ini.

Berilmu yang menjadi tuntutan utama kita sebagai mahkluk Allah SWT agar terhindar dari kebodohan pun menjadi formalitas tersendiri bagi kita yang sedang menjalani hidup. Memuntut ilmu tidak hanya dalam ranah akademis saja yang dibutuhkan oleh anggota/kader PMII tetapi diluar itu juga menjadi sesuatu yang penting, semakin turunnya budaya literasi ditingkat rayon/komisariat salah satu indikasi bahwasanya menuntut ilmu itu bukan lagi hal yang terpenting. Anggota/ kader yang bisa dikatakan cakappun masih sedikit pesimis atau kurang percaya diri akan kapasitas intelektualnya sehingga ruang-ruang publik yang adapun belum mampu dimanfaatkan oleh kader yang bersangkutan sebagai ruang dialektis.arus teknologi yang memanjakan ditambah dengan virus apatisme, egoisme dan hedonisme menyebabkan anggota/kader terkungkung pada sekat-sekat individual belaka, kita jadi malas belajar dan jauh dari harapan kepandaian yang ada. Bagaimana kita mampu mengerjakan segala sesuatu jika kepandaian saja tidak mampu kita capai?
Setiap pribadi muslim bertanggung jawab mengamalkan ilmunya, dalam kontek kaderisasi ada kader ada penggerak, kader mempunyai hak untuk mendapatkan ilmu /pengetahuan dan pengkader berkewajiban mengtransformasikan ilmu/pengetahuan kepada kadernya. Hubungan pengkaderan dan kader selama ini mulai berkurang selain disebabkan semakin minimnya jumlah pengkader juga semakin menurunnya kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai seorang pengkader ialah mengtransformasikan ilmu atau mengamalkan ilmunya. Dan terakhir komitmen memperjuangkan cita cita kemerdekaan indonesia anggota/kader yang ada saat ini, rasa nasionalismenya semakin terkikis oleh gerusan zaman, budaya-budaya asing yang semakin lama semakin besar masuk di negri ini ternyata mampu merubah pola fikir generasi muda untuk hidup dengan cara-cara instan, sehingga banyak berbagai macam persoalan yang harus diselesaikan dengan cara instan juga bagaimana membangun bangsa ini jika generasinya selalu berfikir instan.

Melihat realitas yang terjadi ditengah-tengah anggota/kader kita yang berproses dapat tercermin sikap dan tindakan yang jauh dari tujuan PMII itu sendiri, bahwa kondisi kekinian saat ini ada yang sakit didalam tubuhnya, didalam tubuh sendiri terdapat bermacam-macam organ-organ (pengurus, kader/anggota, alumni pengurus) yang harus segera dicari bentuk penyakitnya dan segera diobati untuk disembuhkan, perlu segera ada perubahan mendasar agar tujuan dari PMII mampu segera terwujud.

Penulis : Ahmad Syarifuddin (IKA PMII PURWAKARTA)

Berita Dari Desa | Membaca Kampung Halaman

ARTIKEL TERKAIT
Bukan Tidak Percaya, Tapi Hanya Ragu

Bukan Tidak Percaya, Tapi Hanya Ragu

Dzikr Abazis Subekti Sayangkan Aksi Pengeroyokan Seorang Nenek di Cianjur

Dzikr Abazis Subekti Sayangkan Aksi Pengeroyokan Seorang Nenek di Cianjur

Cimahi Future Squad: Wadah Inovatif bagi Milenial dan Gen Z untuk Berkembang dan Berkontribusi

Cimahi Future Squad: Wadah Inovatif bagi Milenial dan Gen Z untuk Berkembang dan Berkontribusi

Semarak Hari Kemerdekaan di Desa Pakuhaji: “RIUNG KOLABORASI” Menghidupkan Kebersamaan dan Kreativitas Warga

Semarak Hari Kemerdekaan di Desa Pakuhaji: “RIUNG KOLABORASI” Menghidupkan Kebersamaan dan Kreativitas Warga

Panggilan Bunuh Diri

Panggilan Bunuh Diri

Destinasi Wisata dan Produk Ekonomi Kreatif Purwakarta Solusi Isi Liburan Lebaran 2024

Destinasi Wisata dan Produk Ekonomi Kreatif Purwakarta Solusi Isi Liburan Lebaran 2024