Batang, daridesa.com – Komunitas Aktivis Muda Kabupaten Batang melakukan diskusi tentang kekerasan seksual yang marak terjadi dilingkungan pendidikan formal maupun non formal di daerahnya akhir-akhir ini yang sangat menyita perhatian publik.
Walaupun diskusi secara virtual pada Rabu, (12/4/23), siaran langsung instagram @batang.update, tidak mengurangi rasa semangat untuk mencari solusi dan pencegahan kekerasan seksual.
Aktivis yang dikenal sebagai bapak teater di Desa Pretek, Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang, Slamet Nurohim merasa prihatin dan marah yang mendalam, kerena lembaga pendidikan yang terlihat aman justru banyak kejadian kekerasan seksual.
“Saya sangat jengkel kejadian ini, lalu harus kemana lagi ruang belajar paling aman untuk kita dan anak-anak kita,” ungkapnya.
Slamet mengatakan, sebagian orang tua susah payah agar anaknya bisa di sekolah umum dengan harapan anaknya cerdas secara akedemi, ada juga sebagian orang tua memilih pesantren dari pada sekolah umum untuk tempat anaknya belajar agama agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
“Tetapi karena kejadian ini, orang tua semakin kebingungan untuk menempatkan ruang belajar anaknya, kerena kekerasan seksual marak terjadi di pesanten maupun sekolah umum,” terang Slamet yang juga guru di Madrasah Tsanawiyah (MTS) Nahdlatul Ulama (NU) Pecalungan, Batang itu.
Ia menjelaskan, kejadian kekerasan seksual di Batang hampir semuanya dilakukan oleh oknum guru. Menurutnya, kejadian kekerasan seksual didasari beberapa faktor dari pelaku maupun korban yang harus kita bedah satu persatu dan carikan solusi bersama.
Sebagai narasumber Dewi Krisnawati menjelaskan kekerasan seksual yang terjadi minggu terakhir ini dilingkungan pesantren oleh oknum pengasuh dengan motif pernikahan. Korban diajak bersalaman sebagai ijab kabul yang kemudian diyakini pelaku sudah sah menjadi istri.
“Korban dipaksa pelaku dengan iming-iming pahala dan keberkahan dari guru,” tambahnya.
Sebagai perempuan yang memilik akal sehat pasti akan menolak dengan iming-iming tersebut. Akan tetapi dirinya memahami situasi korban pada saat itu yang kemungkinan apabila terjadi pada dirinya juga hanya bisa pasrah.
“Kita tidak bisa mensudutkan korban maupun pelaku, akan tetapi kita harus berusaha agar kejadian ini tidak terjadi lagi,’’ harap Dewi.
Guru Madrasah Ibtida’iyah Salafiyah (MIS) Desa Pangempon, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Anif Syarifudin menegaskan lingkungan pesantren dan sekolah aman tidak bisa menjanjikan karakter anak. Menurutnya, pendampingan orang tua sangatlah penting, jangan semata berkerja dan mencari penghidupan.
“Saya selalu sampaikan kepada orang tua untuk sisakan sepuluh persen waktu untuk pendampingan anak,” ungkapnya.
Anif menegaskan sebagai orang tua harus memberikan kepada anaknya asupan-asupan pendidikan secara langsung dan selalu mengawasi pergaluannya. Sehingga orang tua akan paham mental dan pertumbuhan pemahaman anaknya.
Kabar Dari Desa | Membaca Kampung Halaman