Batang, Daridesa.com – Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Batang, Jawa Tengah periode 2020-2022 Saripudin mengatakan, dalam berproses dan berkhidmah di gerbang Nahdlatul Ulama harus dirancang, dikembangkan, dan dikelola secara kritis dinamis.
“Ini harus kita lakukan untuk menciptakan suasana yang dinamis dan proses yang relevan sesui dengan perkembangan zaman,” tegasnya.
Hal tersebut disampaikan kepada daridesa.com
Dikatakan, IPNU-IPPNU harus bisa memilih dan memilah profesi dan keahlian apa sesuai yang dibutuhkan masyarakat. Jangan sampai kehadiran kader IPNU-IPPNU justru menimbulkan kesulitan di tengah-tengah masyarakat.
“Sebagai Pengurus Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU harus mampu bisa memilah dan memilih, mana spesifikasi keahlian anggota maupun kader dan mana yang lebih dibutuhkan masyarakat, jangan sampai mempelajari sesuatu dan memberikan sesuatu yang nantinya justru menimbulkan kesulitan,” ucapnya.
Kualitas keilmuan yang mumpuni juga menjadi poin penting, sehingga dibentuklah lembaga yang sesuai dengan skill yang dimiliki anggotanya, seperti salah satu lembaga yang sangat luar biasa yaitu jurnalistik.
“kawan-kawan jurnalistik yang langsung tanggap dalam melaksanakan tugas juga salah satu dakwah media sosial dengan begitu apik dan luar biasa,” ungkapnya.
Saripudin menjelaskan makna dari tagline ‘Natas Nitis Netes’ yang berada di logo Media Pelajar NU Batang diambil dari pepatah Jawa yang memiliki makna kata yang luas. “Natas yang berarti mbabat atau inovasi, nitis yang berarti merawat atau istiqamah dalam menjalankan tradisi Ahlussunah Wal Jamaah,” terang Syarif.
Sedangkan Netes sambungnya, berarti melahirkan, melahirkan generasi baru dan hal-hal baru untuk generasi selanjutnya, sebagaimana citra diri IPNU-IPPNU sendiri yakni organisasi kaderisasi yang harus bisa melahirkan kader-kader yang memiliki cakrawala berfikir dan keilmuan yang luas.
“Begitupun makna pelajar NU Batang, di mana lambang NU menggambarkan daun jati. Pohon jati adalah pohon yang tumbuh subur di Batang yang Juga melambangkan kekukuhan, karena bisa tumbuh di tanah yang tandus sekalipun,” tambahnya.
Menurutnya, perjalanan yang berliku dan berbagai kesulitan serta kendala harus bisa dikonstruksikan kader IPNU-IPPNU menjadi semangat dalam berproses dan tidak ada alasan untuk mundur.
“Hal ini sebagai bentuk wujud khidmah kita menjadi pengurus di IPNU maupun IPPNU Batang,” pungkas Syarif. (Rahman)
Berita dari desa | Membaca kampung halaman