Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kayu Sebagai Media Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini

Karawang, daridesa.com – Sosialisasi dan pelatihan limbah kayu sebagai media pembelajaran matematika anak usia dini. Kegiatan pengabdian masyarakat ini, merupakan kegiatan yang wajib dilakukan dosen yang merupakan tugas dalam Tri Dharma Perguruan tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat atau abdimas dilakukan oleh dosen dan berkolaborasi dengan mahasiswa untuk membantu masyarakat dalam memberikan solusi atas masalah–maslaah yang ada di lingkungan masyarakat. Bertempat di Aula Kantor Desa. Selasa, (30/08).

Diikuti oleh perwakilan Guru PAUD dari 5 PAUD yang ada di Desa Jatimulya seabanyak 12 orang. Selain itu perwakilan Guru SD dari 5 SDN di Desa Jatimulya sebanyak 8 orang juga ikut meramaikan pelatihan. Dihadiri oleh Kepala Desa Jatimulya, Ketua Himpaudi, aparat desa dan masyarakat.

Dalam sambutannya Kepala Desa Jatimulya H. Ato Furtoni mengatakan, kami menyambut baik kegiatan ini dan berharap Guru PAUD dan SD berinovasi dengan menggunakan limbah bahan bekas tidak hanya limbah kayu, namun limbah yang lainnya seperti bekas gelas platik, koran/ kertas bekas, botol bekas dan lain lain.

“Saya berterima kasih kepada Unsika yang sudah berkolaborasi dengan mahasiswa, desa dan juga guru-guru PAUD – SD di Desa Jatimulya sehingga guru-guru paud mendapatkan ilmu serta pengalaman dalam memanfaatkan limbah, khususnya limbah kayu yang ada di lingkungan sekitar,” tutur Ketua Himpaudi.

Kegiatan ini berlangsung secara luring dengan protokol kesehatan dari jam 9 sampai jam 11 siang. Setelah pembukaan dan sambutan. Narasumber kegiatan abdimas ini yaitu Ine Nirmala, M.Pd., selaku dosen menjelaskan tentang pentingnya pengenalan matematika permulaan untuk anak usia dini dengan menggunakan media, karena anak usia 5- 6 tahun mempunyai fase berfikirnya konkret operasional yang dimana seluruh kegiatan pembelajarannya harus menggunakan berbagai macam media yang konkret sehingga anak dapat dengan mudah mempelajari konsep–konsep matematika permulaan.

“Media pembelajaran yang dibuat dalam kegiatan ini yaitu Bernama spinter dan gizelboard. Media spinter berupa media yang terbuat dari kayu bekas yang di bentuk menjadi sepenti kicir angin dan di semua sisinya ada potongan kayu yang di berikan lambang bilangan 1-9 sehingga anak dapat memutarkan nya seperti kicir angin sambil mengenal lambag bilangan. Kemuadian untuk gizelboard yaitu media yang berupa papan kayu yang berukuran 30×30 cm dan di salahsatu permukaaan nya memiliki tonjolan paku/tonjolan batang kayu kecil dan seluruh permukaan nya bisa di bongkar pasang seperti puzzle,” lanjut ia.

Dalam kegiatan ini pula menghadirkan narasumber pengrajin kayu yaitu Deni Hardiansyah yang sudah berpengalaman dalam hal membuat perabot dan kerajinan kayu di daerah Karawang. Beliau juga owner dari saung kreativitas yang selain membuat perabotan dari kayu juga menerima pesanan berupa souvenir yang terbuat dari kayu. Deni menjelaskan tentang bagaimana cara membuat media pembelajaran yang berasal dari limbah kayu. Untuk ide pembuatan media spinter dan gizelboard berasal dari masukan dosen serta mahasiswa prodi PIAUD dan prodi Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang serta kebutuhan di lapangan untuk peningkatan kemampuan matematika permulaan anak usia dini, tandasnya.

Berita Dari Desa | Membaca Kampung Halaman